I Wayan Mardiana. (BP/rin)

DENPASAR, BALIPOST.com – Sektor UMKM Bali turut terpukul dengan adanya pandemi virus corona. Pemprov Bali sudah merancang terobosan berupa dana penguatan modal yang diharapkan bisa cair pada APBD Perubahan 2020.

“Di anggaran Induk belum bisa. Itupun masih digodok dan Pergubnya sudah akan terbit. Dana penguatan modal ini akan diberikan kepada kelompok-kelompok usaha ekonomi produktif, koperasi, UKM, dan IKM,” ujar Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Bali, I Wayan Mardiana di Denpasar, Jumat (13/3).

Baca juga:  WBTB, Upaya Nyata Lindungi Seni Tradisi dan Budaya

Menurut Mardiana, dana penguatan modal dialokasikan Rp 90 miliar. Dari jumlah itu, sekitar Rp 12 miliar disalurkan melalui Dinas Koperasi dan UKM Provinsi.

Utamanya akan diberikan kepada UKM, IKM dan koperasi yang bergerak di sektor riil. “Jadi bukan di simpan pinjam. Kita utamakan sektor riil yang bisa untuk menggerakkan perekonomian kerakyatan,” jelasnya.

Selain terobosan itu, lanjut Mardiana, juga diupayakan adanya pasar murah dan pameran untuk menggairahkan usaha mikro, kecil dan menengah di Bali. Kemudian, mendorong adanya efisiensi dan peningkatan kualitas.

Baca juga:  Janda Mengaku Diperalat Kakak Tirinya Edarkan Narkoba

Di sisi lain, pihaknya bekerjasama dengan perbankan memfasilitasi pembiayaan permodalan melalui dana KUR tanpa agunan. Persyaratannya mudah dan tidak berbelit-belit, yakni harus memiliki surat ijin usaha mikro, kecil dari Kepala Desa.

Sejauh ini yang terdampak pandemi virus corona adalah usaha-usaha di bidang kuliner, jasa, kerajinan, serta pemasok bahan makanan ke hotel-hotel. “Saat ini, suplai kan tetap, permintaan atau demand sekarang sedikit terutama karena kunjungan wisatawan turun,” katanya.

Baca juga:  Sosialisasikan Pergub Nomor 99 Tahun 2018, Pemprov Kumpulkan Dinas Tanaman Pangan dan Perkebunan se-Bali

Mardiana menambahkan, produk-produk lokal Bali masih kalah saing dengan produk dari luar Bali dari segi kualitas dan kontinuitas jika dibawa ke pasar nasional. Terutama bila dibandingkan dengan kompetitor dari Jawa.

Manakala ada permintaan berkelanjutan, usaha mikro, kecil di Bali belum bisa memenuhi. Sedangkan kalau hanya mengandalkan pasar lokal, maka tidak ada penambahan konsumen yang cukup signifikan. (Rindra Devita/balipost)

BAGIKAN