DENPASAR, BALIPOST.com – Hujan lebat mewarnai ritual Ngarebong di Pura Petilan Kesiman, Minggu (8/3). Akibatnya ritual Ngarebong tak semarak seperti sebelumnya yang diikuti ratusan patih dan patapakan Ida Bhatara, seperti barong dan rangda.

Pada prosesi ngarebong kali ini hanya diikuti pemangku prasanak manca dan pangaerob se-Kesiman. Saat itu kain poleng Kesiman yang panjangya 100 meter ikut dipundut ngarebong.

Namun demikian sejumlah patih dan pemundut sesuhunan dari Pemogan, Sanur dan Kebonkuri juga mengalami trance. Padahal, sejak pagi umat dan sesuhunan barong dari Singgi Sanur, Pemogan dan Kebonkuri sudah siap di pura untuk ngayah ngarebong.

Baca juga:  Kejaksaan Terima Uang Denda Jerinx, Kewenangan Pembebasan Ada di Kemenkumham

Budayawan asal Kesiman, Gede Anom Ranuara menjelaskan prosesi ngarebong dengan nedunin petapakan dan mengelilingi wantilan tiga kali tak memugkinkan karena hujan lebat. Dalam kondisi begini Ida Sesuhunan hanya nodya atau menyaksikan. Sedangkan pangilen pangerebongan tetap dilangsungkan dengan mundut kain poleng Kesiman oleh para pemangku.

Dia mengatakan Desa Adat Kesiman sejak dulu melaksanakan Nangun Sat Kerthi Loka Bali, khususnya dalam jagat kretih. Setiap Redite Pon Medangsia, krama Desa Adat Kesiman menggelar prosesi ngarebong.

Baca juga:  Angkat Perekonomian Desa, BUMDes Jangan Hanya Fokus di Simpan Pinjam

Prosesi ini  tidak saja diikuti krama Kesiman namun juga dari Bekul, Penatih, Sanur dan Pemogan sekaligus ngiring tapakan Ida Bhatara mengikuti prosesi ini. Sejak pagi hari, umat Hindu mundut sesuhunan berupa pratima dan tapakan Ida Bhatara berupa barong dan Ratu Ayu ke Pura Petilan. Setelah Ratu Ayu Kebonkuri dan Singgi, Sanur tiba barulah persiapan prosesi ini dimulai dipimpin Mangku Dalem Mutering Jagat Kesiman.

Baca juga:  Gubernur Pastika Yakinkan Bali Aman Dikunjungi Liburan Nataru

Bendesa Adat Kesiman, Drs. I Made Karim mengungkapkan ngarebong adalah sebuah pangilen yang dilaksanakan di Pura Agung Petilan untuk menciptakan keseimbangan dan keharmonisan Bhuana Agung dan Bhuana Alit. Eed lain yang dilaksanakan sebelumnya yakni ngarebek yang dilaksanakan pada Umanis Galungan, dilanjutkan  Pamendakan Agung pada Paing Kuningan. (Sueca/balipost)

BAGIKAN