Kadiskes Bali dr. Ketut Suarjaya. (BP/dok)

DENPASAR, BALIPOST.com – Menjadi tua adalah kodrat yang tidak bisa dicegah. Artinya, proses alamiah ini akan dialami oleh semua orang yang diikuti dengan kemunduran-kemunduran fisik, bahkan mental. Namun demikian, hal itu dapat dihambat oleh para lanjut usia (lansia) dengan berlaku “cerdik”.

“Umur boleh panjang, tapi kualitas hidup harus baik agar tidak membebani atau sakit-sakitan,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr. Ketut Suarjaya, MPPM, saat menjadi pembicara dalam Peringatan Hari Lanjut Usia Nasional 2019 “Lanjut Usia Sehat dan Berdaya, Masyarakat Sejahtera” di Wantilan DPRD Bali, Renon, Denpasar, Rabu (31/7).

Baca juga:  Bea Cukai Limpahkan Kasus Cukai Rokok

Menurut Suarjaya, Bali memiliki sekitar 530 ribu lansia atau 12,3 persen dari total penduduk Pulau Dewata. Jumlah ini terbilang banyak, sehingga lansia diharapkan memiliki kualitas hidup yang baik. Sehat tidak hanya sebatas fisik atau bebas dari penyakit, namun ada keseimbangan antara fisik, mental, dan sosial. Tetap sehat dan bugar di usia tua, tidak memiliki gangguan jiwa, serta memiliki hubungan harmonis dengan lingkungan sekitar.

Baca juga:  Bea Cukai Denpasar Musnahkan Barang Sitaan Senilai Rp 1,3 Miliar

Oleh karena itu, para lansia harus “cerdik” yakni cek kesehatan secara teratur, enyahkan rokok, rajin beraktivitas fisik, diet dengan gizi yang seimbang, istirahat yang cukup, dan kendalikan stres. “Paling tidak cek tekanan darah setiap tiga bulan sekali. Kalau bisa cek gula darah juga,” jelasnya.

Ditambahkannya, rokok juga mesti dienyahkan karena dalam kandungan rokok tidak ada satu pun yang bermanfaat bagi tubuh. Aktivitas fisik yang dilakukan tidak perlu yang sulit, tapi cukup dilakukan rutin setiap pagi untuk merangsang aliran darah. Hal ini dapat mencegah penyakit tekanan darah, migrain, dan vertigo. Untuk diet, bisa dengan memperbanyak konsumsi sayur-sayuran, mengurangi daging berlemak, dan meminum 1,5 liter air putih per hari.

Baca juga:  Polsek Pekutatan Amankan Ribuan Rokok Tak Bercukai

Selain itu, membiasakan tidur atau istirahat yang cukup akan membuat otak lebih aktif. “Otak dan sel-sel tubuh perlu tidur untuk detoksifikasi, mengeluarkan racun tidak berguna yang bisa merugikan organ tubuh. Minimal 6-7 jam, kalau bisa 8 jam tidur luar biasa. Kemudian, kendalikan stres,” paparnya. (Rindra/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *