Maxie Millian. (BP/may)

GIANYAR, BALIPOST.com – Chef di Indonesia ingin mengangkat menu nusantara ke kancah internasional. Mereka berupaya agar masakan Indonesia dapat masuk ke daftar menu restoran yang ada di dunia.

Upaya ini telah dilakukan chef asal Indonesia Maxie Millian yang bekerja sebagai head chef di dua restaurant di Bali yaitu Merah Putih dan Sangsaka. Bersama lima kawannya, Maxie memulai tur ke lima negara dan melakukan demo memasak.

Mulanya ia pergi ke Spanyol kemudian ke Slovakia dengan melakukan demo masak di sebuah restaurant Asia, lalu ke Praha, Brussel, Belgium dan Rotterdam. Di Rotterdam ia memasak di atas trem.

Perjalanan ke lima negara itu membawa kesan tersendiri karena tantangannya adalah membawa bumbu dan rempah asal Indonesia ke sejumlah negara itu.

Baca juga:  Upaya Menegakkan Nilai Kejujuran

Ditemui Senin (22/4) saat Press Call Ubud Food Festival (UFF) ke-5, ia menuturkan keinginannya untuk lebih memperkenalkan masakan Indonesia. “Dari tur itu, ternyata dunia internasional belum mengenal secara dalam masakan Indonesia,” ungkapnya.

Setelah melakukan demo memasak di lima negara itu, feedbacknya positif. Mereka terpukau dengan bahan yang dibawa seperti kecombrang, kecicang, dan lainnya. “Ketika diimplementasikan ke dalam makanan, mereka terpukau. Makanya saya semakin semangat membawa makanan Indonesia ke dunia agar bisa sejajar dengan makanan lainnya,” tuturnya.

Meski ia sendiri “terlahir” sebagai seorang chef dengan basic French Cuisine, namun pada akhirnya ia kembali ke masakan Indonesia yang sejak kecil dibuatkan oleh ibunya. Tamat dari STP Bandung tahun 2014, ia bekerja di Dubai sebagai seorang chef makanan Eropa.

Baca juga:  Tiga Lembaga Dorong Pembentukan Jamkrida

Maxie memutuskan kembali dan bekerja di Indonesia sebagai chef di Merah Putih Restaurant dan Sangsaka Restaurant. Dua restaurant itu menyajikan menu full Indonesia.

Meski menyajikan menu Indonesia, diakui 80 persen pengunjungnya adalah ekspatriat. Menurutnya, ini membuktikan bahwa masakan Indonesia diminati di dunia internasional.

Awalnya ia berpikir untuk mengambil spesialis studi French Cuisine karena kerumitan bahan serta cara memasak yang menjadi tantangan. Namun setelah bergelut dengan masakan Indonesia, ia menyadari satu hal bahwa masakan Indonesia lebih rumit dari masakan Eropa. “Masakan Eropa itu rumit, tapi masakan Indonesia lebih rumit dan challenging (menantang, red) lagi,” kata chef yang mendalami masakan Indonesia sejak tiga tahun lalu itu.

Baca juga:  Tantangan Ekonomi Makin Besar

Ini menyebabkan tren berubah. Jika dulunya anak muda lebih memilih belajar masakan Eropa, justru kini lebih tertarik belajar masakan Indonesia. “Membumbui” dunia dengan masakan Indonesia ini pula yang akan ia lakukan di Ubud Food Festival (UFF) ke-5 akhir April nanti.

Tidak hanya memperkenalkan masakan Indonesia, tapi ia juga memperkenalkan bahan baku lokal yang ia gunakan. Ini salah satu upaya agar local farmer dapat diangkat ke kancah dunia. Sehingga petani semakin bergairah untuk melakukan aktivitas bertaninya. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *