Menhub Budi Karya Sumadi menunjukkan Black Box Lion Air JT-610. (BP/istimiwa)

Kerja keras yang diperlihatkan oleh petugas di lapangan hingga menemukan kotak hitam pesawat Lion Air yang jatuh di perairan Karawang, kita beri apresiasi tinggi. Sebab, dengan peralatan tersebut menjadi kunci tentang penyebab kecelakaan yang terjadi.

Bahkan jika dilihat lebih mendalam, kotak hitam itulah yang menjadi kunci modernisasi pesawat di masa depan. Dengan alat yang sesungguhnya, berwarna jingga itu, para ahli akan mengetahui bagaimana duduk persoalan kecelakaan dari sebuah pesawat.

Dari informasi yang didapatkan dari alat itu, para ahli akan mengolah menjadi data. Dan inilah yang dipakai untuk mengkritisi kekurangan-kekurangan yang ada pada pesawat. Dengan kekurangan itulah kemudian dilakukan perbaikan. Maka, perbaikan inilah yang menjadikan pesawat selalu berkembang menjadi modern dan keselamatannya lebih terjamin.

Dari konteks inilah kemudian diketahui, apakah sebuah kecelakaan itu disebabkan oleh kesalahan manusia atau memang kesalahan teknis. Jika manusia yang salah, katakanlah pilot, akan dilakukan pengkajian terhadap pelatihan pilot. Atau mungkin bagi pilot yang selamat, akan mendapat hukuman dengan kualifikasi tertentu. Semuanya dalam keadaan wajar-wajar saja. Esensi keluhuran manusia dan keselamatan manusia yang menjadi pertimbangan utama.

Baca juga:  UMKM Harus Berdaya Saing Global

Di samping apresiasi terhadap penemuan alat penting tersebut, kita juga sangat menghargai dan kagum kepada tim penyelamat bahkan juga kepada para nelayan yang ikut membantu petugas untuk mengumpulkan berbagai barang penting di laut. Sampai saat ini, sudah sampai lebih dari tiga puluh kantong jenazah dapat dikumpulkan. Juga berbagai serpihan pesawat dapat dikumpulkan.

Di samping itu sebagai bukti bahwa kecelakaan yang terjadi di wilayah tersebut, juga memberitahukan kepada kita bahwa masyarakat Indonesia tetap mampu bekerja keras.  Kerja keras seperti ini kita harapkan mampu memberikan inspirasi kepada pihak-pihak lain jika sedang mengerjakan sesuatu.

Baca juga:  Korban Tsunami Selat Sunda, 222 Orang Meninggal, 843 Orang Luka-Luka dan 28 Orang Hilang

Kita tahu bahwa pekerjaan di laut yang luas, memerlukan kesabaran dan fisik yang sehat. Apalagi kemudian mengerjakan pekerjaan di bawah tekanan. Mencari reruntuhan pesawat dengan korban yang ada tentu ada tekanannya. Keluarga yang ditinggalkan sangat berharap menemukan sanak keluarganya dan rela ikut menunggu berjam-jam, bahkan berhari-hari. Dengan konteks itu, kita sangat menghargai pekerjaan dan kesabaran para petugas.

Bahwa pencarian badan pesawat masih menemukan kendala, itulah yang menjadi tantangan kita sekarang. Badan pesawat memang bagian terbesar dari puing yang belum ditemukan. Dari sini ini, kita dapat mengatakan bahwa arus laut di Indonesia memang deras   dan dalam, sehingga ini harus menjadi pelajaran bagi kita semua untuk hati-hati. Para pelaut maupun nelayan harus juga hati-hati dalam melakukan pelayaran. Laut yang deras tentu juga membahayakan pelayaran. Dan kita tahu bahwa Indonesia merupakan negara kepulauan yang disambungkan oleh laut-laut yang demikian luas.

Baca juga:  Ancam Membunuh dan Mengancungkan Samurai, Pria Ini Diamankan

Kita tentu kecewa dengan adanya kecelakaan pesawat terbang yang dalam konteks Asia, ternyata sejak tahun 1945 sudah terjadi 99 kali. Sampai-sampai kita sulit untuk menyatakan siapa yang harus disalahkan. Tetapi kita harus tetap optimis, bahwa ke depan, penerbangan Indonesia akan maju dan selalu memberikan kenyamanan bagi para penumpang. Selalu memberikan inspirasi kepada maskapai lain. Tentu ini akan dapat dilakukan jika semua pihak bertekad untuk itu.

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *