Sekretaris PHDI Provinsi Sulawesi Tengah, DR. dr. Ketut Suarayasa M.Kes berswafoto memperlihatkan suasana sebelum melakukan persembahyangan Tilem, Selasa (9/10) pagi. Tampak disebelahnya Ketua PHDI Sulteng, Drs. I Nengah Wandra, M.Si. (BP/istimewa)

PALU, BALIPOST.com – Ratusan umat Hindu di Kota Palu “tangkil” melaksanakan sembahyang bersama di Pura Agung Wana Kertha Jagatnatha Palu serangkaian hari Tilem, Selasa (9/10) pagi. Ini merupakan sembahyang pertama pascagempa, tsunami dan likuifaksi yang terjadi di Palu, Donggala dan Sigi, Sulawesi Tengah, Jumat (28/9) sore.

Pura Agung Wana Kertha Jagatnatha Kota Palu juga mengalami kerusakan cukup parah akibat bencana yang menelan ribuan korban jiwa, puluhan ribu mengungsi dan ribuan rumah serta fasilitas umum porak-poranda. Sembahyang bersama ini dihadiri Ketua PHDI Provinsi Sulawesi Tengah, Drs. I Nengah Wandra M.Si didampingi Sekretaris PHDI Propinsi Sulawesi Tengah, DR. dr. Ketut Suarayasa M.Kes bersama pengurus lainnya. Sembahyang bersama dipimpin Pinandita I Wayan Wirya, S.Pd.H.

Baca juga:  Kolaborasi dengan SMESCO, BRI Hadirkan Growpreneur

Umat Hindu memilih melakukan persembahyangan di pagi hari karena alasan keamanan. Terutama untuk menghindari kejadian tak diinginkan terhadap harta benda di rumahnya jika ditinggalkan untuk melakukan persembahyangan malam hari.

Jumlah yang hadir untuk melakukan persembahyangan bersama ini tentu jauh lebih sedikit dibanding saat kondisi normal. Mengingat saat ini umat Hindu yang biasa berada di Kota Palu seperti mahasiswa, pegawai, aparat dan lainnya, sebagian besar masih berada di kampung dan belum kembali ke Palu.

Baca juga:  Kemeriahan Perayaan Festival Navaratri di Medan

Gempa bermagnitudo 7,4 SR yang terjadi Jumat (28/9), mengakibatkan sejumlah bangunan di pura yang berada di areal seluas 2,4 ha, runtuh. Seperti Padma, Gelung Kori, tembok panyengker dan beberapa bangunan lain. Untuk melakukan perbaikan bangunan, diperkirakan butuh dana sekitar Rp 1,5 miliar. Pada purnama kelima, Rabu (24/10) mendatang, merupakan hari dilaksanakannya piodalan di pura yang awal berdiri tahun 1980an. (Bali Putra/balipost)

Baca juga:  Bali Berpotensi Likuifaksi, Daerah Ini Lebih Rawan
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *