Livi Zheng merayakan Ultahnya dengan peluncuran "Blitar." (BP/ist)

DENPASAR, BALIPOST.com – Merayakan ulang tahun (ultah), sutradara muda berbakat, Livi Zheng, meluncurkan film “Blitar.” Film ini punya arti tersendiri bagi perempuan yang kini menetap di Amerika Serikat (AS) itu.

Blitar merupakan tanah kelahirannya dan juga daerah yang tidak bisa lepas dari sejarah Indonesia. Daerah yang pernah dikuasai oleh bangsa Tartar dari Mongolia ini melahirkan sejumlah tokoh yang ikut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Livi pulang kampung untuk syuting film Blitar ini saat perayaan HUT Blitar ke-693. Proses selama syuting filmnya tersebut diakui sangat mengesankan.

Bukan hanya untuk dirinya, tetapi juga anggota timnya, yang didatangkan dari Los Angeles, AS. “Kami banyak mengambil gambar upacara-upacara ritual dan pentas seni tradisional Blitar yang sangat menarik dan unik sekali,” tutur Livi, yang kini sibuk mempersiapkan film layar lebar lain yang diharapkan akan diunggulkan dalam ajang Piala Oscar tahun depan.

Ia mengatakan “Blitar” mengangkat keberadaan Triangle Diamond. Istilah itu menunjukkan tiga sudut pandang berlian di kabupaten Blitar yang merupakan tempat wisata unggulan di Kabupaten Blitar.

Triangle Diamond, jelasnya, terdiri dari Pantai Serang, Perkebunan teh Sirah Kencong, dan Candi Penataran.

Baca juga:  Tambahan Harian Kasus COVID-19 Nasional Masih di Atas 5.000 Orang

Pantai Serang memiliki hamparan pasir yang sangat luas dan indah. Sambil menikmati matahari terbenam, yang sangat indah, pengunjung dapat menyaksikan bagaimana upaya pelestarian penyu hijau sebagai salah satu hewan langka pada saat ini.

Bahkan, pada waktu tertentu, pengunjung juga bisa meyaksikan proses pelepasan tukik atau anak penyu menuju habitanya di laut lepas. Kegiatan yang dapat dilakukan lainnya, menikmati berkendara motor ATV, bermain layang-layang, juga mengikuti upacara larung sesaji pada saat-saat tertentu.

Sementara itu, Sirah Kincong adalah kebun teh di dataran tinggi di kaki Gunung kelud, yang hawanya sejuk dan pemandangannya asri. Di kawasan ini, para pengunjung, dapat melakukan sejumlah kegiatan, di antaranya hiking menuju air terjun juga merasakan udara sejuk dengan camping di area perkebunan sambil melihat proses petik daun teh hingga produksi.

Perkebunan Sirah Kincong tercatat telah lama melakukan ekspor produksi tehnya ke luar negeri.

Sedangkan Candi Penataran, dalam kitab Negara Kertagama yang ditulis oleh Mpu Sotasoma, saat Waisaka Tahun Saka 1283 atau 1361 Masehi, Raja Majapahit, Hayam Wuruk, beserta para pengiringnya singgah di Blitar. Mereka mengadakan upacara pemujaan di Candi Penataran di Desa Penataran, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.

Baca juga:  Ini Strategi Pemulihan Pariwisata Pasca Tsunami Selat Sunda

Soal candi, hingga kini, Blitar juga dijuluki sebagai kabupaten dengan “1000 Candi”. Tak hanya candi utama yang kemudian dinamakan Candi Penataran sebagai candi khusus bagi raja-raja bersemedi, tetapi juga candi-candi lainnya.

Tentu yang tak bisa dilewatkan adalah bagaimana menelusuri sudut-sudut makam Proklamator Ir. Soekarno yang sudah menjadi ikon Kabupaten Blitar.

Eksitensi Ir. Soekarno bukan hanya memproklamirkan Indonesia bersama Drs. Mohammad Hatta, tetapi juga seperti memanggungkan Blitar sebagai kabupaten dengan ikon sejarah dan kemajuannya sekarang ini.

Blitar juga dikenal sebagai kabupaten yang banyak melahirkan tokoh-tokoh nasional. Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno menghabiskan masa kecilnya di Blitar. Bahkan, proklamator tersebut dimakamkan di sana dan menjadi ikon Kabupaten Blitar sebagai Kota Proklamator.

Supriyadi, Shodancho atau Komandan Kompi Pembela Tanah Air (PETA), juga dilahirkan dan besar di Blitar. Meskipun kematiannya misterius hingga sekarang ini, jasa-jasa Supriyadi dikenang sebagai pahlawan. Lokasi perlawanannya kemudian didirikan sebuah monumen Supriyadi.

Desa Sumberdiren, Blitar, juga “melahirkan” seorang pemuda militan dan revolusioner, Soekarni yang sempat menculik Bung Karno dan Bung Hatta serta membawanya ke Rengas Dengklok, Jawa Barat, untuk mendesak para pemimpin bangsa agar segera memproklamasikan Indonesia pascakekalahan Jepang dalam Perang Asia Raya 1945.

Baca juga:  Layar Terbesar di Dunia Tayangkan "Bali: Beats of Paradise"

Sampai era sekarang ini, Blitar juga tetap “melahirkan” tokoh-tokoh nasional yang mendedikasikan kemampuannya bagi kemajuan Indonesia. Sebut saja Prof. Dr. Boediono sebagai Wakil Presiden ke-11 RI di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Ada juga Laksamana TNI Agus Suhartono, kelahiran Blitar, yang kemudian dipercaya menjadi Panglima TNI pada periode 28 September 2010 hingga 30 Agustus 2013.
Premier film “Blitar” ini rencananya akan ditayangkan di Los Angeles pada 2 Mei 2018. Tontonan dalam film Blitar ini juga akan semakin hidup dengan akan datangnya tim kesenian dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Blitar.

Tim kesenian Pemkab Blitar ini tidak hanya mementaskan seni dan budaya masyarakat, tetapi juga akan membawa pengunjung dan penonton di Los Angeles seolah ikut dan merasakan ritual, estetika dan keindahan panorama serta penghormatan sebuah bangsa atas sejarah negerinya.

Untuk dapat menyaksikan film Blitar, penonton dapat melihatnya pula di https://youtu.be/KCswg4RSChk. (Diah Dewi/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *