Proses pengolahan beras merah. (BP/may)

DENPASAR, BALIPOST.com – Untuk memenuhi permintaan ekspor beras merah, Pemerintah Provinsi Bali akan memberikan bantuan alat pengolah beras merah kepada kelompok tani di Jatiluwih. Karena selama ini pengolahan beras merah dengan cara konvensional (manual).

Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian Provinsi Bali I Wayan Sunarta mengatakan, Bali sudah sejak lama melakukan ekspor beras khusus yaitu beras merah. Namun dalam skala kecil dan tidak terdata.

Ekspor secara resmi baru dilakukan awal tahun 2018. “Baru kemarin tahun 2018 ekspor. Tujuannya ke Amerika,” ungkapnya Senin (26/3).

Baca juga:  BTID dan Warga Serangan Capai Titik Temu, Ini Kesepakatannya

Ekspor Bali ke negara lain melalui Pelabuhan Tanjung Perak. “Kita kerjasama dengan pengusaha dari Surabaya. Tapi labelnya tetap Bali Red Rice Flour, product of Bali, Indonesia,” imbuhnya.

Kendala yang dihadapi saat ini, petani tidak mampu memenuhi permintaan ekspor karena pasokannya kurang. Selain itu, pengolahan beras merah yang konvensional membuat waktu pengerjaan lama.

Sehingga pemerintah akan memberikan alat pengolah beras merah berupa alat sangrai otomatis dan alat grader. Selama ini menyangrai dan grading masih dilakukan secara manual sehingga waktu pengerjaannya dikebut untuk memenuhi target.

Kendala lain yang dialami adalah pengemasan. Karena produk ekspor harus memenuhi standar sterilitas. Alat yang digunakan untuk mengolah juga harus steril.

Baca juga:  Pilkel di Tabanan, Dua Desa Miliki Enam Calon

Sentra beras merah Bali yaitu di Jatiluwih dengan luas 400 ha. Rencananya beras merah juga dikembangkan di Buleleng di daerah Sudaji dan Banjar.

Selain beras khusus, ia juga akan mengembangkan beras khusus yang lain seperti beras jenis japonika. Saat ini beras Japonika telah dikembangkan di Jawa. “Karena Bali kecil, tidak mungkin ke depan kita bersaing di beras putih. Makanya kita kembangkan beras khusus seperti beras organik, ketan, beras merah, japonika,” jelasnya.

Baca juga:  Ketua Kelompok Tani Diadili Korupsi Rp 95,7 Juta

Dari 400 ha luas tanam beras merah diakui tidak semua diekspor. Ada juga yang dikonsumsi sendiri. Bahkan di Bangli, ia memberikan bibit padi organik, masyarakat tidak menjual tapi dikonsumsi sendiri. “Tujuannya menyehatkan diri, lingkungan dan menambah uang dengan menjual. Kelebihannya dijual untuk menyekolahkan anak dan kebutuhan sehari-hari,” imbuhnya.

Produk asal Bali selalu laku dijual di pasar dunia. Bahkan beras merah dengan berbagai keterbatasan telah memiliki pasar. Selain Amerika, ia akan melakukan penjajakan ke negara lain. (citta maya/balipost)

 

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *