penyebrangan
Sejumlah buruh di Pelabuhan Bonggalan, Desa Kusamba, Kecamatan Dawan tengah menaikkan barang ke kapal, Rabu (31/1). Penyebrangannya ke Nusa Lembongan sejak empat hari lalu terganggu lantaran gelombang tinggi. (BP/nik)

SEMARAPURA, BALIPOST.com – Gelombang tinggi terjadi di kawasan pesisir Kabupaten Klungkung. Hal tersebut mengakibatkan aktivitas penyebrangan barang dari Pelabuhan Bonggalan, Desa Kusamba, Kecamatan Dawan-Nusa Lembongan, Kecamatan Nusa Penida terganggung. Ditengah situasi itu, muatan kapal terpaksa dikurangi.

Sesuai pantauan, Rabu (31/1) siang, ketinggian gelombang mencapai lebih dari dua meter. Itu menghantam kapal dan cukup mengganggu aktivitas warga saat menaikkan barang. Petugas Pelabuhan, Safrudin mengungkapkan fenomena alam itu sudah berlangsung sejak empat hari lalu. Bahkan, ketinggian gelombang sempat mencapai empat meteran dan disertai angin kencang. Hal tersebut menyebabkan aktvitas penyebrangan hanya bisa dilakukan pagi hari. Itu pun hanya mengerahkan empat kapal. “Gelombang seperti ini sudah pasti penyebrangan terganggu. Saat gelombang normal, bisa ada enam atau tujuh penyebrangan. Itu termasuk pelabuhan di Kampung Kusamba,” tuturnya.

Baca juga:  Pererat Hubungan Kerja Sama, JAK Kunjungi Indonesia

Disampaikan lebih lanjut, untuk menjaga keselamatan di tengah laut, muatan kapal juga dikurangi dari 15 ton menjadi 12 ton. Ini pun harus diangkut secara cepat saat pagi. Kondisi demikian mengakibatkan terjadinya penumpukan barang pada gudang. “Saat menyebrang juga lebih hati-hati,” sebutnya.

Pria paruh baya ini menyebutkan gelombang demikian menjadi fenomena rutin setia tahun, yang muncul dekat bulan purnama. Sementara itu, kepala gudang, Dewa Wira mengakui terganggunya penyebrangan menyebabkan material proyek, seperti pasir menumpuk. “Material cukup banyak belum terangkut,” sebutnya.

Baca juga:  Inkindo Sampaikan Draft Pergub PUKM ke Gubernur Bali

Salah satu buruh angkut, Wayan Bengkur mengaku sudah biasa kerja saat gelombang tinggi. Namun, ia tetap berhati-hati, menghindari kecelakaan laut. “Ini sudah biasa terjadi. Tetapi sekarang lebih tinggi dari sebelumnya. Kerja biasa saja,” tuturnya.

Intensitas pengangkutan barang berkurang, secara otomatis berimbas pada upahnya yang menurun. “Kadang dapat Rp 45 ribu. Kalau normal, bisa seratus ribu. Kadang juga lebih,” imbuhnya.

Khusus untuk aktivitas penyebrangan orang di Pelabuhan Tribuana, Desa Kusamba masih berjalan seperti biasa sebanyak enam trip. Pengawas Pelabuhan setempat,  Made Suardika menyatakan kondisi gelombang pada laut disana lebih tenang dari pada di Bonggalan. “Disini gelombang normal. Tidak sama dengan disana. Aktivitas penyebrangan tidak terganggu,”sebutnya.

Baca juga:  Komisi III Soroti Kapal Uzur di Penyeberangan Gilimanuk

Jika gelomang tak bersahabat, ia menyebutkan penumpang akan dialihkan ke Pelabuhan Padangbai, Karangasem, dikoordinasikan dengan KSOP. “Kalau situasnya berubah, tentu ppenyebrangan tidak berjalan. Kami tetap melakukan pemantauan,” tandasnya. (sosiawan/balipost)

 

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *