jaring
Nelayan Tabanan saat membersihkan jaring tangkap mereka dari sampah. (BP/bit)
TABANAN, BALIPOST.com – Para nelayan Tabanan khususnya di pantai Yeh Gangga, belakangan ini tampak disibukkan dengan aktivitas membersihkan jaring tangkap mereka. Pasalnya, bukan hasil tangkap yang mereka peroleh, melainkan sampah yang banyak tersangkut di jaring. Ini dikarenakan belakangan ini hujan memang turun dengan intensitas cukup tinggi, dan mengakibatkan banyak sampah terbawa air hujan ke pantai.

I Nyoman Suarjana, satu dari sekian nelayan Tabanan ini mengatakan sebelum kembali melaut, dirinya harus membersihkan jaring tangkap karena banyaknya sampah plastik yang tersangkut.

Baca juga:  Masih Panjang, Proses Pengusulan Rumah Ibunda Bung Karno Jadi Cagar Budaya

Tidak banyak yang bisa ia lakukan di saat musim penghujan seperti saat ini. jaring yang ia tebar malah berisi banyak sampah bukannya ikan atau lobster seperti yang ia targetkan. “Sampah banyak terbawa oleh air hujan menuju pantai, sampai jaring saya banyak sampahnya,” ujar pria asal Banjar Yeh Gangga, Desa Sudimara, Tabanan.

Ia pun mengaku tidak melaut sejak seminggu lalu, karena ombak yang tidak bersahabat. “Rencananya hari ini mau melaut karena cuaca cukup bagus tapi mau bagaimana lagi, membersihkan jaring dulu,” ucapnya.

Baca juga:  Orang Beradab Mengelola Sampahnya

Padahal menurutnya, ia bersama nelayan lain sudah sering kali melakukan pembersihan di sekitar pantai namun sampah masih saja banyak berdatangan dibawa air hujan.

Meskipun tak sedikit bagian jaringnya yang rusak akibat disangkuti sampah, ia tetap menggunakan jaringnya karena menurutnya harga jaring cukup mahal bisa mencapai Rp 230.000 per set. Menggunakan jaring untuk melaut juga terpaksa ia lakukan karena tidak bisa lagi menggunakan bubu untuk mendapatkan tangkapan lobster.

Ia mengatakan sudah lebih dari dua bulan ini tidak memakai bubu karena lobster yang tertangkap kebanyakan yang kecil. “Satu berbanding sepuluh, yang besar satu yang kecil sepuluh, jadi yang kecil kita lepas lagi kita ambil yang besar saja. Apalagi lobster ukuran dibawah 200 gram tidak bisa diekspor,” papar Suarjana.

Baca juga:  Lagi, Gempa Tektonik Guncang Karangasem

Disamping itu, biaya operasional menggunakan bubu juga cukup tinggi namun tidak sebanding dengan tangkapan yang diperoleh. Sehingga tak heran, kini nelayan di Yeh Gangga sebagian besar menggunakan jaring dan puluhan bubu pun tak digunakan. (puspawati/balipost)

 

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *