Anjangsana Pangdam IX/Udayana ke keluarga pahlawan Nasional I Gusti Ngurah Rai di Denpasar, Selasa (15/8). (BP/eka)
DENPASAR, BALIPOST.com – Pangdam IX Udayana, Mayjen TNI Komaruddin Simanjuntak melakukan silaturahmi ke keluarga besar pahlawan I Gusti Ngurah Rai, yaitu Desak Putu Kari (97) di Hotel Bali Mulia jalan Nangka Selatan, Selasa (15/8). Kunjungan dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-72 tersebut disambut hangat keluarga besar pahlawan, Gusti Ngurah Alit Yuda yang merupakan anak ketiga dari Desak Putu Kari dan dihadiri oleh Ketua LVRI Bali dan Kota Denpasar, beserta anggota veteran lainnya. Kunjungan silaturahmi ini merupakan kunjungan pertama Komaruddin selama 4 bulan menjabat sebagai Pangdam IX Udayana.

Pangdam IX Udayana, Mayjen TNI Komaruddin Simanjuntak, mengatakan kunjungan dalam bentuk silaturahmi ini merupakan salah satu bentuk untuk mendekatkan diri kepada keluarga para pahlawan, agar nilai-nilai kepahlawanannya dapat diturunkan dan terpatri pada setiap jiwa anggota TNI dan kepada jiwa generasi muda bangsa. Apalagi, bangsa yang besar adalah bangsa yang bisa menghargai jasa-jasa para pahlawannya.

Baca juga:  Kelulusan Siswa SMA di Bali Capai 99,96 Persen

“Tentara yang mengerti tentang sejarah bangsanya, maka dia juga akan selalu menjaga dan memelihara bagaimana bangsanya tetap berdaulat dan disegani dunia. Pada 72 tahun merdeka ini sekaligus saya empat bulan di sini (di Bali-red) sangat bersyukur bisa bertemu Ibu (Desak Putu Kari) masih sehat, kita doakan semoga tetap sehat supaya sebagian yang masih tertinggal yang belum dapat kita serap, mudah-mudahan terus kita ketahui supaya sifat-sifat kepahlawanan itu mengalir pada diri kita,” tandas Komaruddin disela-sela kunjungannya, Selasa (15/8).

Selain itu, silaturahmi tersebut juga sebagai bentuk laporan Pangdam kepada keluarga pahlawan, bahwa menjelang 72 tahun Indonesia merdeka masih ada kelompok masyarakat kecil yang masih tidak mengerti sejarah, sehingga selalu berdiskusi bagaimana 4 konsensus berbangsa dan bernegara dan bagaimana kesaktian Pancasila. “Kalau dia mengerti sejarah, tidak akan pernah berdiskusi tentang Pancasila. Mungkin di lupa bagaimana penjajah merebut kekayaan Indonesia, bagaimana rakyat Indonesia yang belum berdaulat dalam kondisi terjajah, semua dirampok oleh penjajah. Sehingga, sifat-sifat penjajah tidak boleh hidup di negara ini,” tegasnya.

Baca juga:  Tiba di RSUP Sanglah, Begini Penanganan WN Jepang Diduga Terpapar Corona

Pada kesempatan tersebut, pihaknya juga tidak menyangkal bahwa dalam keadaan bangsa Indonesia yang masih aman dan damai saat ini, kelompok keras anti Pancasila di Indonesia masih ada. Namun, pihaknya terus melakukan pendekatan persuasif dengan melakukan sosialisasi nilai-nilai kebangsaan dari bawah hingga tingkat atas.

Hal ini bertujuan untuk menumbuhkembangkan nilai-nilai kepahlawanan, Pancasila, Bela Negara UUD 1945 dan NKRI di setiap jiwa generasi muda bangsa. Apalagi, dikatakan, kondisi Bangsa Indonesia saat ini dalam keadaan “Lampu Kuning” terhadap potensi-potensi ancaman terorisme, radikalisme, termasuk keberadaan ISIS. Khusus di Bali, sebagai provinsi yang menjadi daya tarik pariwisata dunia, tentu menjadi sasaran target aksi para pelaku teror. “Kami TNI tetap memantau itu agar tetap tidur dengan cara sosialisasi, kerja bakti ketempat-tempat tertentu, melakukan kegiatan-kegiatan bersama, dan melakukan patroli sambal mendiskusikan tentang empat konsensus berbangsa dan bernegara. dan fokus kami tetap menidrkan kelompok-kelompok anti Pancasila tersebut agar tidak bangun,” tandasnya.

Baca juga:  Water Blow Nusa Dua akan Dilengkapi "Observation Deck"

Untuk membangkitkan nilai-nilai kepahlawanan disetiap jiwa generasi muda, pada bulan September mendatang, pihaknya akan mengikrarkan bahwa TNI akan mempertahankan kedaulatan Indonesia berdasarkan Pancasila, UUD 1945, Kebhinnekaan dan NKRI di Makam Pahlawan Margarana. “Bersama-sama nanti kita akan berdoa dan merenung di sana. Karena anak bangsa sekarang hanya sebagian kecil tidak mengerti sejarah yang akhirnya Pancasila didiskusikan dengan mengatakan Pancasila haram dan macam-macam, karena dia tidak mengerti sejarah,” pungkasnya. (Winatha/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *