BANYUWANGI, BALIPOST.com – Perayaan hari raya Kuningan di Banyuwangi dipusatkan di Pura Agung Blambangan, Desa Tembokrejo, Kecamatan Muncar, Sabtu (15/4) siang. Ribuan umat memadati pura yang diyakini bekas peninggalan Kerajaan Blambangan tersebut.

Umat mulai memadati pura sejak pagi. Mereka datang dari berbagai kecamatan di Banyuwangi. Upacara diawali dengan rangkaian piodalan, dipuput Ida Pandita Bopo Giri Dharma Arsa dari Padepkan Giri Purwo Santi, Purwoharjo, Banyuwangi. Tepat tengah hari, upacara dilanjutkan ngarak tirta.

Ribuan umat turun ke jalan, menari. Alunan bleganjur mengiri iring-iringan sepanjang hampir 1 kilometer. Ngarak tirta mengelilingi empat penjuru desa di sekitar Pura Agung Blambangan. Kegiatan ini menarik perhatian warga di sekitar pura.

Tiba di pura, iring-iringan ngarak tirta disambut tarian Rejang Dewa dari sanggar tari Amerta Sari, Desa Glondong, Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi. Usai ngarak tirta, upacara dilanjutkan persembahyangan bersama, dipimpin pemangku setempat.

Baca juga:  Makna Galungan dan Kuningan bagi Umat Hindu
Sebelumnya, umat mendengarkan Dharma wacana dari Binmas Hindu Kanwil Kementerian Agama Jawa Timur, Ida Bagus Made Windia. Pejabat ini berpesan tentang pentingnya memaknai Hari Raya Galungan dan Kuningan. Salah satunya, memfungsikan keluarga untuk peningkatan sradha. “Jadi, keluarga sebagai ujung tombak bagi peningkatan sradha yang dimulai sejak dini kepada anak,” jelasnya.

Karena itu, pihaknya berharap setiap keluarga bisa mendidik anak-anak sejak dini untuk kemajuan sradha. Mulai, tatwa, susila dan upacara.

Sementara itu, Ketua PHDI Kecamatan Muncar, Marsaid mengatakan perayaan Hari Raya Kuningan sudah menjadi tradisi dipusatkan di Pura Blambangan. Kebetulan, bersamaan dengan piodalan pura. Umat yang datang dari setiap kecamatan di Banyuwangi.

Saking padatnya, persembahyangan dibagi menjadi tiga gelombang. “Jadi, kita merayakan Kuningan, sekaligus persembahyangan piodalan pura,” jelasnya.

Selain umat Hindu Banyuwangi, sejumlah pemedek dari Bali terlihat ikut tangkil. Ini terlihat dari deretan mobil berplat DK di areal parkir sekitar pura.

Rencananya, piodalan akan nyejer selama tiga hari. Nyinep berakhir Selasa (18/4) malam. Selama nyejer, kata Marsaid, umat akan dibagi untuk ngayah dari beberapa kecamatan. Upacara akan dipuput tiga pandita Jawa asli Banyuwangi. (Budi Wiriyanto/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *