Meningitis streptococcus suis merupakan meningitis bakteri akut zoonosis yang penularannya dari babi ke manusia. (BP/Dokumen)
DENPASAR, BALIPOST.com – Kasus terjangkitnya babi oleh bakteri Streptococcus suis atau terkena penyakit Streptococcosis bukan lah hal baru di Bali. Kasus ini pertama kali teridentifikasi tahun 1994 oleh BBVET Denpasar.

Menurut Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Provinsi Bali, drh. IKG Nata Kesuma, MMA, sampai saat ini streptococcosis bersifat endemi pada babi. Artinya kasus sering muncul dalam jumlah relatif kecil dengan morbiditas (angka kesakitan) hampir 70 persen dan mortalitas (angka kematian) 30 persen.

Penularannya, dari babi ke babi melalui penularan langsung kontak dengan hewan sakit atau melalui melalui makanan yang terkontaminasi bakteri. Sedangkan dari babi ke manusia melalui makanan yang tercemar ekskreta yang mengandung bakteri streptococcus. “Dapat melalui pernafasan atau inhalasi pada babi dalam satu kandang. Streptococcus dapat juga menginfeksi hewan kuda namun tidak begitu rentan,” imbuhnya.

Baca juga:  Babi Aman Dari MSS Jika Diolah Dengan Matang
Babi juga dapat menularkan penyakit lain yang mirip dengan streptococcosis seperti Hog Cholera yang disebabkan virus. Selain itu ada juga Septichaemia Epizootika yang disebakan oleh Pasteurella dengan gelaja ngoroknya.

Ia mengatakan bakteri S. suis akan mati pada suhu 56 derajat celcius dalam waktu 30 menit. “Dan dapat hidup beberapa bulan dalam ruangan kotor. Bakteri S. suis hanya mati jika dibersihkan dengan desinfectan dan suhu diatas 56 derajat,” imbuhnya.

Ditambahkannya, peternakan babi tersebar di seluruh Bali. Pada peternakan rakyat, bakteri ini sangat berpotensi berkembang biak karena manajemen peternakan yang kurang baik.

Ia meminta agar higienitas kandang dan manajemen peternakan yang kurang baik diperbaiki. “Semua umur babi rentan terhadap penyakit ini. Upaya pencegahan yang dilakukan dengan melakukan penyuluhan kepada peternak agar selalu menjaga kebersihan kandang. Sehingga tidak ada ruang untuk berkembangnya bakteri. Melakukan isolasi jika ada babi yang menunjukkan gejala-gejala penyakit Streptococcus,” sebutnya. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

1 KOMENTAR

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *