Warga sedang membeli kebutuhan pokok di salah satu supermarket di Badung. (BP/eka)

DENPASAR, BALIPOST.com – Satu bulan lagi, kita akan memasuki akhir dari 2025. Sejumlah ekonom menilai struktur ekonomi Bali masih bertumpu pada dua sektor.

Kedua sektor yang dimaksud adalah pariwisata serta konsumsi rumah tangga. Kombinasi keduanya dinilai menjadi mesin utama pertumbuhan ekonomi Bali sepanjang tahun ini, sejalan dengan pulihnya mobilitas wisatawan dan meningkatnya optimisme konsumen.

Guru Besar FEB Undiknas Denpasar, Prof. Dr. IB Raka Suardana, Senin (24/11) menjelaskan, struktur ekonomi Bali pada akhir 2025 diperkirakan tidak banyak berubah dibanding tahun-tahun sebelumnya. Sektor penyediaan akomodasi dan makan-minum tetap menjadi penyumbang nilai tambah terbesar dari sisi produksi.

“Pertumbuhan ekonomi masih didorong sektor pariwisata, investasi yang meningkat, dan optimisme konsumen. Akomodasi dan makan-minum tetap mendominasi struktur produksi, sementara konsumsi rumah tangga menjadi motor utama dari sisi pengeluaran,” ujarnya di Denpasar.

Menurutnya, faktor musiman pada akhir tahun juga menjadi katalis positif. Lonjakan wisatawan selama libur akhir tahun, peningkatan belanja masyarakat, serta percepatan realisasi belanja modal daerah turut memberi tambahan dorongan terhadap aktivitas ekonomi.

Baca juga:  Telkomsel - Cellular World Serahkan Apresiasi "J4GO", Ini Pemenangnya

Prof. Raka menegaskan sektor pariwisata masih memegang peranan sentral terhadap pertumbuhan ekonomi Bali. Selain menjadi penyumbang terbesar dalam PDRB, sektor ini juga mencatat pertumbuhan tertinggi secara tahunan seiring melonjaknya kunjungan wisatawan mancanegara maupun domestik.

Kontribusi signifikan juga datang dari perdagangan besar dan eceran, serta jasa perusahaan, meski porsinya tetap berada di bawah sektor utama yaitu akomodasi dan makan-minum.

Pandangan senada disampaikan pengamat ekonomi FEB Unud, Putu Krisna Adwitya Sanjaya, S.E., M.Si. Ia menyebut, struktur ekonomi Bali pada 2025 masih dominan ditopang lapangan usaha akomodasi dan makan-minum, sementara konsumsi rumah tangga memberi kontribusi terbesar dari sisi pengeluaran.

Baca juga:  Pembelajaran Daring, Jangan Hanya Jejali Siswa dengan Tugas

“Pertumbuhan ekonomi masih didorong pariwisata yang pulih, kenaikan kunjungan wisatawan, serta sektor pendukung seperti jasa perusahaan, perdagangan, dan konstruksi,” jelasnya.

Putu Krisna menambahkan bahwa Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang berada di zona optimis menunjukkan masyarakat menilai prospek ekonomi berjalan positif, sehingga dapat memperkuat ekspektasi pertumbuhan menjelang 2026.

Melihat proyeksi ke depan, Prof. Raka memperkirakan ekonomi Bali pada 2026 akan tetap berada di area ekspansif. Faktor pendorong berasal dari pariwisata berkualitas, ekspansi perdagangan dan akomodasi, investasi di sektor properti hijau, pengembangan energi terbarukan, pertumbuhan ekonomi digital, intermediasi keuangan yang semakin kuat, khususnya kredit UMKM.

Meski demikian, ia mengingatkan bahwa Bali masih menghadapi risiko struktural akibat ketergantungan tinggi pada pariwisata serta tantangan regulasi terkait tata ruang dan keberlanjutan lingkungan.

Sementara itu BPS Bali mencatat, perekonomian Bali pada triwulan III-2025 tetap tumbuh solid di atas lima persen, yakni sebesar 5,88 persen (y-on-y).

Baca juga:  Menparekraf Sebut Bali Dicanangkan Jadi Sentra Wisata Berbasis Ini

Pertumbuhan ekonomi triwulan III-2025 didorong oleh peningkatan permintaan wisatawan dan konsumsi domestik, yang turut memperkuat aktivitas produksi di berbagai lapangan usaha.

BPS juga mencatat hampir seluruh lapangan usaha penyusun PDRB Bali tumbuh positif secara tahunan, kecuali Jasa Keuangan dan Asuransi yang terkontraksi 5,09 persen.

Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 11 persen, disusul Jasa Perusahaan (9,74 persen), Jasa Pendidikan (9,39 persen), Administrasi Pemerintahan dan Pertahanan (8,87 persen), serta Jasa Lainnya (7,90 persen).

Peningkatan kunjungan wisatawan menjadi pendorong utama. Jumlah wisatawan mancanegara mencapai 2,02 juta kunjungan, naik 9,74 persen dibandingkan tahun sebelumnya, sementara wisatawan nusantara tumbuh 23,17 persen menjadi 6,81 juta kunjungan. Lonjakan tersebut menggerakkan sektor pariwisata, jasa perjalanan, hingga hiburan dan rekreasi. (Suardika/bisnisbali)

BAGIKAN