Tim drainase pasukan biru Dinas PUPR Denpasar membersihkan saluran drainase di Denpasar. (BP/istimewa)

 

DENPASAR, BALIPOST.com – Dinas PUPR Kota Denpasar mengantisipasi titik rawan drainase mampet di Denpasar terutama di Gatsu Timur, Letda Tantular, Renon dan Monang-Maning. Dalam proses pembersihan, penutupan drainase kerap menjadi kendala dalam membersihkan.

Kepala Bidang Sumber Daya Air (SDA) Dinas PUPR Denpasar I Ketut Ngurah Artha Jaya, Rabu (12/11) mengatakan, saat ini ia tengah fokus menjaga kebersihan drainase di tepi jalan raya di antaranya, di Jalan Gatot Subroto, Monang-Maning, Jalan Letda Tantular, Renon.

“Dan pusat-pusat pemerintahan seperti Renon, karena di sana lalulintasnya padat. Jangan sampai lalulintas padat itu banjir,” ujarnya.

Selain di dekat Kantor Samsat Denpasar, drainase rawan banjir lainnya yaitu di dekat kantor Konjen Australia, Jalan Hang Tuah, Pemogan, Griya Anyar. “Di Jalan Hang Tuah sering banyak sampah, sehingga sering banjir makanya di sana kita juga melakukan normalisasi,” ujarnya.

Baca juga:  Defisit APBD, Proyek Gedung Arsip Dibatalkan

Pembersihan drainase setiap hari dilakukan oleh tim yang jumlahnya 105 orang. Tim tersebut khusus membersihkan drainase-drainase yang ada di Denpasar agar saat hujan, tak menyumbat saluran.

“Walaupun tidak musim hujan, selalu kita bersihkan sesuai jadwal tempat. Karena saat musim hujan pasti ada genangan-genangan air makanya sebelum September, kita sudah bersihkan dan sampai saat ini,” ujarnya.

Tim tersebut merupakan tim khusus yang berbeda dengan tim pembersih sungai. Tim ini tahu persis kondisi drainase. Dalam pembersihan drainase, terkadang timnya harus melakukan pembongkaran drainase yang tertutup di bagian atasnya karena kesulitan mengangkat sumber sumbatan seperti sampah, kabel, dan akar dan batang pohon besar.

“Kondisi itu perlu penanganan khusus sehingga ketika kita tidak bisa masuk ke dalamnya, sehingga perlu melakukan pembongkaran,” ujarnya.

Baca juga:  Shuttle Listrik Layani Sanur Terintegrasi TMD Diuji Coba, Ini Rute dan Jadwalnya

Menurutnya, akar pohon dalam 2 -3 tahun akan tumbuh membesar di saluran drainase sehingga juga menjadi penghambat jalannya air saat musim hujan. Selain itu, diakui tak ada alat khusus yang digunakan untuk membersihkan drainase, namun dibersihkan secara manual oleh tim.

“Kalau tidak bisa dilakukan dengan menarik sumber sumbatan ataupun dengan orang masuk langsung membersihkan, ya .. harus dilakukan pembongkaran,” tegasnya.

Masyarakat menutup saluran drainase terlalu panjang dan tidak ada bak kontrol menjadi kendala tersendiri bagi timnya. Jika sewaktu-waktu terjadi sumbatan, sehingga Dinas PUPR tidak langsung dapat melakukan pembersihan, namun harus melakukan pembongkaran terlebih dulu.

“Kan jadinya kita butuh waktu lama. Sebenarnya kita harus melakukan reaksi cepat. Pada saat itu banjir, ada sumbatan, agar langsung bisa tangani. Sedangkan jika drainase tertutup, maka perlu waktu lagi,” tandasnya.

Baca juga:  Drainase di Kota Bangli Banyak Rusak

Seharusnya ketika melakukan penutupan drainase, masyarakat mengajukan ijin. Namun yang terjadi saat ini, masyarakat menutup sepihak, tanpa pemberitahuan. Apalagi kini fenomena yang terjadi, masyarakat menaruh sampah depan rumah, dekat drainase sehingga bisa sewaktu-waktu bisa jatuh ke drainase dan menyumbat.

Anggota DPRD Denpasar I Ketut Suteja Kumara sebelumnya mengatakan, saat ia turun meninjau kondisi drainase dan trotoar, masih ada kabel fiber optik yang melintang dan terjulur di drainase kota. Kabel tersebut mengikuti jalur got. Sehingga berpotensi banjir, tidak mengalirnya air got dengan lancar.

“Mengapa hal ini dibiarkan. Harapannya agar ada solusi-solusi karena kita tahu jika main potong saja akan berdampak pada sarana prasarana pertelekomunkasian masyarakat kita. Tapi setidaknya kondisi ini dicatat, diinvetori bahwa pada got-got tertentu masih ada kabel seperti ini agar didata,” ujarnya.(Citta Maya/balipost)

 

BAGIKAN