
DENPASAR, BALIPOST.com – Hujan yang kembali lagi turun di Kota Denpasar dan sekitarnya membuat sebagian warga kota was-was jika banjir datang lagi. Pasalnya banjir bandang yang terjadi pada 10 September lalu masih menyisakan trauma bagi warga terdampak yang memberi kerugian, fisik, finansial hingga waktu.
Salah satunya diakui oleh warga di Jalan Pulau Yapen, Denpasar, Putu Yulia Sara Dewi. Saat diwawancarai, Senin (3/11), dia mengaku sangat trauma dengan banjir yang terjadi sebulan lalu. Banjir yang datang tiba-tiba itu diakuinya sangat merugikan, baik dari segi finansial dan waktu.
Saat ini di tengah hujan yang kembali turun, dia pun mengaku was-was. Takut kalau banjir datang lagi. Terlebih dia yang memiliki balita kebingungan jika banjir datang akan ngungsi kemana lagi.
“Takut banget jika banjir datang lagi. Rugi waktu, finansial juga. Hingga saat ini mobil saya yang hanyut pada banjir lalu juga belum selesai diperbaiki. Dan itu biayanya sampai puluhan juta,” katanya.
Saat ini volume air di sungai dekat tempat dia tinggal diakuinya kembali tinggi saat hujan turun lagi. Dirinya was-was jika langit sudah mendung terlebih ada gemuruh. “Kalau sudah mendung, gemuruh kami mulai ketakutan. Trauma banjir lalu masih ada,” kata Yulia Sara.
Dia yang tinggal di pesisir sungai saat ini hanya bisa berdoa berharap banjir tidak datang lagi. Demikian diakuinya, kondisi pascabanjir di lingkungannya masih belum tertangani dengan maksimal. Jalan pinggiran yang jebol belum diperbaiki. Termasuk sungai pun belum dilakukan pengerukan.
Sementara itu, mengantisipasi terjadinya banjir, beberapa upaya dilakukan di Denpasar. Mulai dari normalisasi sungai dan mesin penyedot air juga disiapkan.
Kalaksa BPBD Kota Denpasar, I.B. Joni Ariwibawa mengatakan pihaknya selalu siaga terkait kadatangan musim penghujan ini. “Kami secara rutin setiap hari menyiagakan TRC, tim ambulan, dan pusdalops. Selain itu juga menyiapkan peralatan chainsaw, mesin sedot air untuk antisipasi bencana hydrometeorologi,” katanya.
Disisi lain, PUPR Kota Denpasar juga melakukan normalisasi sungai dan saluran air. Salah satunya yakni normalisasi Tukad Badung Denpasar.
Kabid Sumber Daya Air PUPR Denpasar, Ketut Ngurah Artha Jaya mengatakan, proses normalisasi dilakukan pada sungai sepanjang kurang lebih 400 meter di kawasan Pasar Kumbasari. Normalisasi di Tukad Badung dimulai dari Taman Kresek hingga ke Pura Beji. Normalisasi ini dilakukan secepat mungkin mengingat cuaca sudah mulai hujan.
Kepala Dinas PUPR Kota Denpasar, A.A. Ngurah Bagus Airawata menambahkan, pengerukan sedimentasi menjadi prioritas utama dalam upaya pemulihan pascabanjir.
“Kami terus mempercepat pengerukan sedimentasi di berbagai titik yang terkena banjir. Ini dilakukan untuk mengembalikan fungsi drainase dan mencegah terjadinya banjir susulan,” ungkapnya.
Pihaknya juga berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk mempercepat proses pengerukan sedimentasi termasuk dengan Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali Penida.Tak hanya itu, juga digalakkan penanaman pohon di tiga Daerah Aliran Sungai (DAS), yakni Tukad Ayung, Tukad Badung dan Tukad Mati. Selain itu, perbaikan drainase juga digencarkan untuk memperlancar saluran air. (Widi Astuti/balipost)









