Sejumlah pekerja sedang mengerjakan proyek revitalisasi SMPN 8 Singaraja, Buleleng. (BP/Istimewa)

SINGARAJA, BALIPOST.com – Meski telah mendapatkan bantuan revitalisasi gedung dari Pemerintah Pusat, fasilitas sarana dan prasarana di SMP Negeri 8 Singaraja rupanya masih jauh dari kata ideal.

Keterbatasan ruang kelas membuat proses belajar-mengajar hingga kini masih harus dilakukan dengan sistem dua shift.

Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMPN 8 Singaraja, Ni Made Arisani, mengungkapkan kondisi tersebut saat mendampingi kunjungan Bupati dan Wakil Bupati Buleleng, dr. I Nyoman Sutjidra dan Gede Supriatna, Senin (3/11).

Baca juga:  Solar Bersubsidi Langka, Antrean Kendaraan Mengular

Ia menjelaskan, selain minim ruang kelas, sekolah juga kekurangan fasilitas pendukung seperti kursi belajar, kamar mandi, hingga alat penunjang pembelajaran lainnya.

“Kami mengoptimalkan laboratorium IPA dan TIK sebagai ruang belajar tambahan. Total ada 24 rombongan belajar, masing-masing berisi 40 sampai 42 siswa. Jumlah siswa saat ini mencapai 910 orang. Sejak 2017, peminat sekolah ini meningkat pesat,” jelas Arisani.

Tak hanya ruang kelas, ruang guru pun belum memadai. Untuk sementara, para guru harus berbagi ruang dengan staf administrasi dan memanfaatkan ruang perpustakaan sebagai tempat kerja.

Baca juga:  Pelinggih Warga di Desa Gobleg Terbakar

“Sambil menunggu bantuan pembangunan gedung berikutnya, kami masih menumpang di ruang administrasi. Harapannya nanti bisa mendapatkan tambahan ruang guru,” tambahnya.

Sementara itu, Bupati Buleleng dr. I Nyoman Sutjidra menegaskan bahwa Pemkab Buleleng terus berupaya meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan, termasuk di SMPN 8 Singaraja yang berada di kawasan pariwisata Lovina dan kini terus diminati masyarakat.

“Gedung kurang, maka kami revitalisasi. Ternyata peminatnya tinggi, jumlah siswanya sudah lebih dari 900 orang meski sekolah ini tergolong baru,” ujar Sutjidra.

Baca juga:  Anak SDN 3 Banjar Jawa Dikenalkan P4GN

Ia menambahkan, penataan lanjutan akan dilakukan. Pemerintah akan bersinergi dengan komite sekolah untuk mempercepat pemenuhan fasilitas. Kendala utama pembangunan adalah kontur tanah yang keras dan berbatu.

“Tanahnya stabil dan berbentuk terasering. Memang agak sulit, tetapi jika ditata, kawasan ini masih bisa dikembangkan,” pungkasnya. (Nyoman Yudha/balipost)

 

BAGIKAN