Gubernur Bali, Wayan Koster menerima Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI, di Gedung Sabha, Jayasabha, Denpasar, Kamis (23/10). (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Gubernur Bali, Wayan Koster menerima Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI yang melakukan kunjungan kerja ke Bali, di Gedung Sabha, Jayasabha, Denpasar, Kamis (23/10).

Kunjungan bertema “Diplomasi Budaya dan Pembangunan Lestari” itu menyoroti peran strategis Bali sebagai ujung tombak diplomasi pariwisata Indonesia dan penyumbang devisa terbesar bagi negara.

Gubernur Koster menegaskan pentingnya dukungan pemerintah pusat terhadap pembangunan infrastruktur dan kebijakan yang berpihak pada keberlanjutan budaya serta lingkungan di Bali.

“Bali kecil, tapi ‘khasiat’nya besar. Kami menyumbang lebih dari 53 persen devisa pariwisata nasional. Namun infrastruktur ke daerah wisata seperti Bali justru kurang mendapat perhatian. Kami mohon timbal balik yang sepadan, bukan lebih,” tegas Koster di hadapan Ketua BKSAP DPR RI, Mardani Ali Sera, dan anggota lain yang hadir.

Menurut data yang dipaparkan Koster, hingga Oktober 2025 jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Bali mencapai 5,7 juta orang, dan diperkirakan menembus 7 juta orang pada akhir tahun. Tahun sebelumnya, Bali mencatat 6,9 juta wisatawan dengan devisa pariwisata mencapai Rp167 triliun, atau 53 persen dari total devisa Pariwisata nasional yang mencapai Rp312 triliun.

Baca juga:  Petugas Temukan Timbangan Isi Pemberat

“Spending money wisatawan di Bali jauh di atas rata-rata nasional, mencapai 1.630 dolar AS per wisatawan. Ini menunjukkan keunggulan Bali sebagai destinasi premium dunia,” tambahnya.

Namun, Koster menyoroti tantangan yang masih dihadapi. Mulai dari keterbatasan infrastruktur, pengelolaan sampah, hingga ketimpangan fiskal antara kontribusi Bali dengan alokasi anggaran pusat. “Kalau tidak ada infrastruktur memadai, daya saing Bali bisa turun dan kalah dengan Malaysia atau Thailand. Karena itu kami terus membenahi transportasi dan pengolahan sampah, termasuk membangun waste to energy,” jelasnya.

Selain ekonomi, Gubernur Koster juga menegaskan arah pembangunan Bali yang berlandaskan tiga pilar utama: alam, manusia, dan budaya. Melalui konsep Ekonomi Kerthi Bali, pemerintah daerah mendorong transformasi menuju pertanian organik, energi bersih, industri lokal berdaya saing, serta pariwisata berbasis budaya dan lingkungan.

Baca juga:  Lala Studio Adakan Ujian Instruktur Senam

“Budaya adalah hulunya, pariwisata hilirnya. Kalau budaya dijaga, pariwisata akan datang dengan sendirinya. Kami ingin pembangunan Bali satu pulau, satu pola, satu tata kelola,” ujar Koster.

Ketua BKSAP DPR RI, Mardani Ali Sera menyatakan dukungan penuh terhadap penguatan kekhususan Bali, termasuk keberlanjutan regulasi yang melindungi nilai-nilai budaya dan lingkungan Pulau Dewata.

“Secara umum, kami sangat mendukung kekhususan Bali dengan peraturan yang memperkuat eksistensi dan kelestariannya. Bali bukan hanya indah, tapi juga berperan penting dalam diplomasi budaya Indonesia,” ujar Mardani.

Anggota BKSAP dan juga Komisi V DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, Irene Yosiana,  menambahkan bahwa Bali perlu mendapatkan perlakuan khusus dari pemerintah pusat mengingat kontribusinya terhadap devisa nasional.

Baca juga:  Antisipasi Teroris, Ini Perintah Pangdam Udayana

“Faktanya, sekitar tujuh persen dari total devisa nasional berasal dari Bali. Namun, investasi asing justru sering menyulitkan masyarakat lokal. Kami ingin arah pariwisata Bali ke depan benar-benar sustainable dan berpihak pada rakyat,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua Bali Tourism Board (BTB), Ida Bagus Agung Partha Adnyana, menekankan pentingnya perhatian DPR RI terhadap pembangunan berkelanjutan di Bali.

“Bali tidak perlu promosi besar-besaran, tapi perlu brandingyang menonjolkan kelestarian lingkungan dan budaya. Isu sustainability harus jadi wajah utama pariwisata Bali,” katanya.

Kunjungan BKSAP DPR RI ini diharapkan memperkuat posisi Bali dalam diplomasi budaya dan ekonomi global, sekaligus membuka ruang sinergi antara pusat dan daerah untuk memastikan keberlanjutan pembangunan Pulau Dewata—bukan hanya sebagai destinasi wisata dunia, tetapi juga simbol harmoni antara alam, manusia, dan budaya. (kmb/balipost)

BAGIKAN