
DENPASAR, BALIPOST.com – Sektor pariwisata yang kuat mampu mendorong pertumbuhan ekonomi. Pariwisata sebaiknya menjadi penggerak utama ekonomi sehingga dapat membuka pintu bagi perdagangan dan investasi.
Hermawan Kartajaya, Founder & Chair of MCorp dalam The 1st Indonesia Tourism Marketing Week (ITMW) 2025 di Sanur, Sabtu (11/10) menyampaikan, pentingnya sinergi antara pariwisata, perdagangan dan investasi (tourism, trade, investment) sebagai fondasi penguatan ekonomi daerah.
Menurutnya, keberhasilan Bali menjadi contoh nyata bagaimana sektor pariwisata yang kuat dapat mendorong pertumbuhan perdagangan dan investasi secara berkelanjutan, sekaligus menginspirasi daerah lain di Indonesia.
Disebutkan, masa depan pariwisata tidak hanya tentang destinasi, tetapi tentang bagaimana menciptakan nilai melalui inovasi, kolaborasi, dan empati terhadap wisatawan.
Bali menjadi contoh nyata bagaimana sektor pariwisata yang kuat mampu mendorong pertumbuhan ekonomi melalui penerapan konsep 5P (People, Prosperity, Planet, Peace, dan Partnership). “Inilah yang membuat pariwisata Bali menjadi inspirasi bagi daerah lain di Indonesia,” ujarnya.
Ia pun menilai perkembangan teknologi juga berperan penting dalam mempermudah industri pariwisata sehingga meningkatkan aktivitas perdagangan dan investasi.
Selain tentunya adanya panduan pemasaran destinasi, di mana para pemimpin daerah, bupati, wali kota, dan pemasar nantinya memiliki panduan untuk memasarkan pariwisata, perdagangan, dan investasi secara efektif.
“Ini menjadi forum strategis yang mempertemukan pemimpin nasional, kepala daerah, dan pelaku industri untuk merumuskan arah baru pariwisata Indonesia yang berkelanjutan dan berdaya saing global,” katanya.
Menteri Pariwisata Republik Indonesia 2014-2019, Arief Yahya dalam kesempatan sama menyampaikan, reputasi suatu daerah atau negara naik 10 persen maka pariwisata naik 11 persen, dan investasi naik 2 persen. Peningkatan reputasi dan pariwisata bertujuan untuk memberikan manfaat ekonomi yang lebih besar bagi daerah, salah satunya melalui pendapatan dari sektor pariwisata.
Reputasi yang meningkat dapat menarik lebih banyak wisatawan, yang pada gilirannya bisa meningkatkan jumlah kunjungan dan pendapatan. Untuk itu, daya saing pariwisata hanya bisa dibangun melalui kolaborasi lintas sektor.
“Indonesia punya potensi besar, tapi potensi saja tidak cukup. Kuncinya adalah collaboration, innovation, dan acceleration agar kita bisa bersaing di tingkat global,” terangnya.
Sementara itu, Irman Gusman, Senator RI Sumatera Barat, menggarisbawahi peran penting AI dalam mempercepat pencapaian SDG di sektor pariwisata. Menurutnya, masa depan industri ini akan ditopang oleh smart tourism, personalisasi perjalanan, serta teknologi imersif untuk memperkenalkan kekayaan budaya lokal.
“Pariwisata kini tidak lagi hanya bertumpu pada keindahan destinasi, tetapi juga pada kemampuan memanfaatkan teknologi untuk memberikan pengalaman yang lebih mudah, cepat,
dan personal bagi wisatawan. Dengan AI yang tepat, kita bisa memastikan wisatawan pulang dengan dua hal, yakni kenangan indah dan keinginan untuk kembali,” ungkapnya.
Melengkapi pandangan tersebut, Menteri Pariwisata RI, Widiyanti Putri Wardhana, menegaskan bahwa pariwisata Indonesia kini memasuki fase transformasi besar berbasis kualitas dan keberlanjutan.
Pemerintah tengah mereformasi kebijakan melalui Undang-Undang Kepariwisataan yang baru, yang menekankan pembangunan pariwisata terintegrasi dengan melibatkan penguatan SDM, pelestarian budaya, pemberdayaan masyarakat, pemanfaatan teknologi digital, hingga pengembangan acara sebagai daya tarik wisata yang memiliki nilai ekonomi dan sosial budaya.
Sebagai tindak lanjut, pemerintah juga akan meluncurkan Indonesia Quality Tourism Fund (IQTF) sebagai skema pendanaan khusus untuk meningkatkan daya saing dan kualitas
destinasi nasional. “Masa depan pariwisata bukan sekadar tentang berapa banyak orang yang datang, tetapi
seberapa dalam pariwisata mampu menyentuh kehidupan, menjaga budaya, dan membentuk dunia yang lebih baik,” tutupnya secara inspiratif.
Dalam sesi tematik, sejumlah kepala daerah dan tokoh nasional berbagi strategi pengembangan pariwisata berbasis potensi lokal, kearifan budaya, dan nilai keberlanjutan. Hadir di antaranya Emanuel Melkiades Laka Lena (Gubernur Nusa Tenggara Timur), Rinto Wardana (Bupati Kepulauan Mentawai), Illiza Sa’aduddin Djamal (Wali Kota Banda Aceh), Reynaldy Putra Andita (Bupati Subang), Ony Anwar Harsono (Bupati Ngawi), dan Damar
Prasetyono (Wali Kota Magelang) yang menekankan pentingnya kolaborasi lintas daerah dan inovasi kebijakan dalam memperkuat daya saing pariwisata nasional.
Berlanjut Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Wakil Gubernur Bali 2018–2023) yang mengangkat filosofi Tri Hita Karana sebagai dasar harmoni antara manusia, alam, dan budaya.
Sementara Ida Bagus Agung Partha Adnyana (Chairman of Bali Tourism Board) menyoroti penerapan konsep One Island, One Management yang menekankan tata kelola pariwisata Bali secara terpadu dan berkelanjutan.
Menambah perspektif lain, Christine Hutabarat (President Director of InJourney Hospitality) menyoroti pentingnya pelestarian keberagaman budaya sebagai kekuatan diferensiasi
pariwisata Indonesia.
Sesi AI in Tourism Marketing menghadirkan Khrisna Arya (General Manager of Trip.com Group), Vania Sutanto (Associate Director Business Development of Klook Indonesia)
dan Eko Sudaryono (Manager of Marketing Strategy of PLN UID Bali) yang membahas bagaimana inovasi digital meningkatkan efisiensi industri dan pengalaman wisatawan.
Sesi berlanjut melalui forum I’MPACT: People, Prosperity, Planet, Peace, Partnership yang dibawakan oleh Ida Bagus Gede Agung Sidharta Putra (Chairman of Sanur Village Festival), Joseph Theodorus Wulianadi (Founder of Joger), I Dewa Made Wirya Adnyana (Sales and Marketing Specialist of Pegadaian Kanwil VII Bali Nusra), dan Ratih Anggraeni (Danone Indonesia) menekankan pentingnya keseimbangan antara bisnis, sosial, dan keberlanjutan lingkungan.
Menutup agenda, Anak Agung Ngurah Oka Dhananjaya (BPD Bali), Buya Azmedia Istiqlal (Founder of Urban Compost) dan M. Farhan (Wali Kota Bandung) menegaskan bahwa masa depan pariwisata berkelanjutan membutuhkan dukungan nyata melalui pembiayaan, pengelolaan limbah yang bertanggung jawab, serta pemberdayaan komunitas sebagai penggerak utama perubahan. (Suardika/bisnisbali)