Pengendara melintas di akhir persimpangan Jalan Gatot Subroto Barat - Kerobokan, Badung. Pemkab Badung berencana memperluas konektivitas Jalan Gatot Subroto Barat menuju Canggu dan Mengwi untuk mengurai kepadatan lalu lintas. (BP/eka)

DENPASAR, BALIPOST.com – Bali, baik itu melalui pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota akan membangun tiga underpass dalam waktu dekat ini. Underpass yang akan dibangun meliputi Underpass Jimbaran Badung, Underpass Simpang Gatot Subroto, dan Underpass Simpang Tohpati.

Keberadaan 3 underpass ini dinilai tak cukup jika tak diimbangi dengan optimalisasi pemanfaatan angkutan umum. Pasalnya, tujuan pembangunan underpass adalah untuk memecah kemacetan, bukan menguranginya.

Akademisi dari Fakultas Teknik Bidang Transportasi Universitas Udayana Prof. I Putu Alit Suthanaya, Selasa (7/10) mengatakan, pembangunan underpass pada beberapa titik tidak akan dapat memecahkan permasalahan lalu lintas keseluruhan di Kota Denpasar, namun setidaknya mampu mengurangi sumbatan-sumbatan yang terjadi.

“Kalau kita bayangkan aliran arus lalu lintas di Jalan Gatot Subroto dan Jalan Bypass Ngurah Rai sebagai aliran darah, saat ini terjadi penyumbatan aliran di titik-titik persimpangannya. Untuk melancarkan aliran tersebut, maka titik-titik sumbatan ini perlu dikurangi,” ujarnya.

Pergerakan arus kendaraan antarkabupaten/kota dan antarprovinsi yang masuk ke Kota Denpasar karena tidak memadainya jaringan jalan lingkar kawasan perkotaan Sarbagita, menyebabkan penumpukan, terutama pada jalan lingkar dalam kota, seperti Jalan Gatot Subroto, Jalan Bypass Ngurah Rai dan Jalan Mahendradatta.

Baca juga:  Sudah Seratusan Kasus Subvarian Omicron Terdeteksi, Usia Produktif Terbanyak

“Jika kawasan perkotaan Sarbagita memiliki jalan lingkar, tentunya pergerakan eksternal ini tidak perlu memasuki Kota Denpasar. Dulu sempat direncanakan pembangunan jalan lingkar kawasan perkotaan Sarbagita yaitu Canggu-Beringkit-Batuan-Purnama. Namun sayang sekali tidak dapat direalisasikan karena saat ini trase jalan yang direncanakan sudah penuh dengan bangunan,” ungkapnya.

Beban lalu lintas dari eksternal ini perlu dikurangi. Salah satunya, lewat rencana pembangunan jalan tol yang menghubungkan Gilimanuk-Mengwi-Bypass IB Mantra-Tol Bali Mandara sebagai jalan lingkar kawasan Perkotaan Sarbagita.

Sementara simpang sebidang yang ada walau pun sudah diatur dengan ATCS tidak akan mampu mengendalikan luapan arus lalu lintas terutama saat jam puncak. Simpang sebidang adalah pertemuan jalan di mana dua atau lebih jalan bertemu pada ketinggian yang sama, bukan menggunakan jembatan atau terowongan, sehingga arus lalu lintas dari berbagai arah berpotongan pada satu bidang datar.

Baca juga:  Peringati Hari Raya Nyepi, BRI Peduli Bagikan Bantuan Sembako di Bali

Sehingga dari pendekatan manajemen dan rekayasa lalu lintas, tidak bisa dihindari pembangunan simpang tak sebidang. Hanya saja yang perlu diantisipasi adalah terdapat beberapa simpang yang jaraknya berdekatan, sehingga efektivitas pembangunan underpass hanya pada satu titik perlu dikaji dengan baik.

Selain itu, diperlukan upaya-upaya lainnya, tidak hanya dari aspek pendekatan supplai, dengan menambah kapasitas jalan atau simpang, tetapi juga dari aspek demand management, yaitu dengan upaya mengurangi beban lalu lintas melalui pengembangan sistem angkutan umum massal.

Menurutnya, permasalahan utama kemacetan di Kota Denpasar adalah dari aspek struktur ruang yang belum mengintegrasikan sistem jaringan transportasi dan tata guna lahan dengan baik. Tata guna lahan yang berkembang saat ini mendahului kemampuan untuk menyediakan infrastruktur jalan yang ideal.

Hal itu merupakan salah satu penyebab utama kemacetan lalu lintas. “Kota Denpasar sebagai bagian dari kawasan perkotaan Sarbagita, merupakan pusat terjadinya pergerakan lalu lintas internal dan eksternal,” ujarnya.

Baca juga:  Cegah Korupsi, Belasan CCTV Dipasang di Gedung DPRD

Ia mengingatkan salah satu permasalahan utama dari bangunan underpass adalah penanganan masalah banjir sehingga diperlukan sistem pompa dan drainase yang baik. Biaya operasional dan pemeliharaan underpass cenderung cukup tinggi.

Belajar dari kejadian banjir di Underpass Simpang Dewa Ruci dan Tugu Ngurah Rai beberapa waktu lalu, perlu dikaji tinggi muka air di sekitarnya.

“Sebagai alternatif desain bisa mulai dipikirkan konsep overpass atau kombinasinya pada lokasi yang memungkinkan dengan memerhatikan estetika desain yang tidak bertentangan dengan aspek sosial budaya. Secara umum overpass memiliki biaya yang lebih efisien baik dari segi biaya konstruksi maupun operasional dan pemeliharaannya,” jelasnya.

Selain dokumen Andalalin, perlu juga disusun adalah Dokumen Lingkungan. Dalam dokumen andalalin ini akan dikaji dampak lalu lintas pada saat konstruksi dimana akan diperlukan pengalihan arus lalu lintas dan penerapan Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas (MRLL) serta saat dampak lalu lintas saat operasional underpass. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN