
MANGUPURA, BALIPOST.com – Dua seniman beda negara, Mickaël (Prancis) dan Untoro (Indonesia) menampilkan karya mereka di pameran “The Art of Harmony: Living Earth, Living Culture” di The Luc Lifestyle, Canggu, Badung.
Pameran ini tidak sekadar menjadi ajang menampilkan karya seni karena ada misi sosial di baliknya. Keduanya mengangkat tema keseimbangan antara manusia, budaya, dan pemberdayaan lingkungan.
Untoro seniman asal Wonosobo, Jawa Tengah, yang kini menetap di Bali menghadirkan 22 karya bertema alam dan satwa. Ia mengaku prihatin dengan perubahan alam dan budaya yang begitu cepat, masalah sosial, dan lingkungan yang luar biasa.
Menurutnya, karya-karyanya adalah bentuk kegelisahannya terhadap kondisi lingkungan saat ini. Ia menambahkan Canggu dipilih sebagai lokasi pameran untuk menghapus stigma bahwa kawasan ini hanya tempat berpesta.
“Canggu bukan hanya tempat untuk berpesta. Kami ingin menunjukkan bahwa Canggu juga bisa menjadi destinasi alternatif bagi penikmat seni, selain Ubud,” jelasnya, Jumat (22/8).
Sementara itu, Mickaël yang mengusung tema mozaik dalam karyanya menuturkan awal keduanya berkolaborasi. Ia mengaku kagum dengan lukisan Untoro dan sepakat untuk berpameran.
Menurut Untoro dan Mickaël, sebagian hasil penjualan karya seni akan disumbangkan kepada sebuah organisasi yang peduli terhadap anak-anak di sekitar TPA Suwung, Denpasar.
Dijelaskan Mickaël, sebagian besar lukisan mozaiknya mengangkat tema anak-anak, bahkan beberapa di antaranya menampilkan wajah anak-anak dari TPA Suwung.
Mozaik-mozaik tersebut dibuat dari sampah sandal dan mainan. Material itu diakuinya dikumpulkan dari beberapa pantai di Bali.
Pameran yang dibuka pada 22 Agustus dan berlangsung hingga 22 September 2025 ini dihadiri mantan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Bahkan, Ganjar turut memotong janur, simbol tradisional dalam budaya Bali, sebagai penanda bahwa pameran ini dibuka secara resmi. (Diah Dewi/balipost)