Desa Adat Kelating menggelar bayuh oton massal dan sapuh leger gratis. Ritual ini digelar di Pura Dalem Kelating, Minggu (10/8). (BP/Istimewa)

TABANAN, BALIPOST.com – Desa Adat Kelating, Kecamatan Kerambitan, menginisiasi langkah untuk menghapus pandangan pelaksanaan upacara agama Hindu identik dengan biaya besar.

Untuk pertama kalinya, desa adat ini menggelar bayuh oton massal dan sapuh leger gratis. Ritual ini digelar di Pura Dalem Kelating, Minggu (10/8), bekerja sama dengan Yayasan Siwa Murti Bali serta Rsi Agung dari Wang Bang Pinatih.

Bendesa Adat Kelating, I Dewa Made Maharjana mengatakan, program ini lahir dari kepedulian desa adat terhadap warga yang belum mampu melaksanakan upacara nanggap wayang saat kelahiran di Tumpek Wayang. Lahir di Tumpek Wayang diyakini memiliki kekuatan khusus sehingga harus di-bayuh sapuh leger.

Baca juga:  Untuk Program Makan Bergizi Gratis, Kemenkes Sediakan Standar Gizi

Tak hanya itu, banyak pula anak-anak maupun orang tua yang belum pernah bayuh oton, sehingga upacara massal ini digelar untuk meringankan beban masyarakat.

“Dimana ada kebutuhan masyarakat, desa adat wajib hadir. Kami ingin membuktikan bahwa upacara tidak harus mahal. Sebelumnya kami juga sudah mengadakan ngaben massal, metatah massal, dan nyambutin massal,” ujar Dewa Maharjana.

Antusiasme masyarakat pun luar biasa. Dari ribuan peserta yang mendaftar, pihak panitia hanya bisa membatasi sampai 630 pendaftar saja, karena keterbatasan area Pura. Bahkan dari peserta tersebut ada juga yang berasal dari berbagai daerah seperti Karangasem, Singaraja, Jembrana, hingga Denpasar.

Baca juga:  Makan Bergizi Gratis Seharga Rp 14.900 Diuji Coba

“Seluruh prosesi digratiskan. Peserta hanya diminta membawa pejati, tirta dari Bhetara Hyang Guru di merajan masing-masing, serta perlengkapan sembahyang,” terangnya.

Dan rangkaian prosesi upacara ini dipuput oleh tiga sulinggih, yakni Ida Ratu Nabe Rsi Agung Yoga Sidhi Bang Pinatih dari Griya Agung Wang Bang Pinatih, Padangsambian; Ida Pedanda Gede Putra Sidanta Manuaba dari Griya Bantas Galiukir, Pupuan Tabanan; serta Ida Pandita Mpu Acarya Daksa Manik Mas dari Griya Agung Segara Giri Salokya, Kelating Tabanan.

Baca juga:  Desa Adat Penarungan Lestarikan Tradisi ”Mapeed”

Melihat tingginya minat masyarakat, Desa Adat Kelating mempertimbangkan menjadikan program ini sebagai agenda rutin. “Upacara massal ini adalah bentuk nyata gotong royong dan kepedulian adat terhadap umat, agar tidak ada lagi alasan menunda upacara karena biaya,” tegasnya. (Puspawati/balipost)

BAGIKAN