
DENPASAR, BALIPOST.com – Hingga saat ini Puskesmas belum bisa menangani kasus hepatitis B. Hal itu karena dibutuhkan laboratorium pendukung, sementara di puskesmas belum ada.
Kepala UPTD Puskesmas I Denpasar Selatan dr. I Wayan Dediyana, Jumat (1/8) mengatakan, pengobatan hepatitis B diperlukan pemeriksaan penunjang yaitu laboratorium atau penunjang yang lengkap. “Kalau di puskeamas ada beberapa jenis pemeriksan laboratorium ya g tidak ada, jadi harus dirujuk ke rumah sakit atau Fasilias Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL),” ujarnya.
Namun rencananya jika layanan termasuk laboratorium sudah lengkap, maka pengobatan Hepatitis B dapat dilakukan di pukesmas. Namun selama ini, kasus Hepatitis B biasanya ditemukan pada saat cek triple eliminasi untuk ibu hamil. “Jadi ibu hamil dicek HIV, sifilis dan hepatitis B,” imbuhnya.
Tahun 2024, dalam wilayah puskesmas 1 Densel menemukan kasus positif Hepatitis B sebanyak 12 orang dan 7 orang di luar wilayah Densel 1. Sedangkan pada 2025 dari Januari – Juni, ditemukan kasus positif sebanyak 14 orang dalam wilayah Densel 1 dan 2 orang di luar wilayah Sensel 1. Wilayah Puskesmas Densel 1 diantaranya Sesetan, Panjer dan Sidakarya.
“Iya mereka tinggal di wilayah kwrja puskesmas Densel 1. Kasus itu ditemukan pada saat skrining ibu hamil. Pada saat itu tanpa gejala, sehingga penanganannya kami rujuk ke dokter spesialis obstetri dan ginekologi di RS untuk penanganan lebih lanjut,” ujarnya.
Sementara pada saat nanti anaknya lahir, maka akan berikan suntikan HBIG (Imunoglobulis Hepatitis B) untuk mencegah supaya anaknya tidak tertular hepatitis. “Karena untuk memulai pengobatan Hepatitis B diperlukan pemeriksaan lab atau penunjang yang lengkap,” imbuhnya.
Kepala Puskesmas II Denpasar Utara Kepala Puskesmas II Denpasar Utara dr. Ni Putu Ari Widayani mengatakan, pengobatan pasien hepatitis dirujuk ke FKRTL untuk penanganan lebih lanjut. Namun kecurigaan pada pasien mengidap Hepatitis, dilakukan pemeriksaan lab di puskesmas. “Apakah hepatitis B atau hepatitis C. Setelah ada hasil positif hepatitis, kami rujuk ke RS karena di puskesmas belum tersedia obat hepatitis dan SDM terlatih untuk penanganan hepatitis juga belum ada,” tandasnya. (Citta Maya/balipost)