
DENPASAR, BALIPOST.com – Pascajalur nasional Denpasar-Gilimanuk jebol di depan Pasar Bajera, Selemadeg, Tabanan arus lalu lintas dialihkan ke jalur Singaraja-Karangasem menuju Denpasar. Ini, terutama berlaku untuk kendaraan besar.
Namun, truk tiga sumbu tidak diizinkan melintasi jalur alternatif ini. Alasannya, tonase jalan Singaraja-Denpasar dan Singaraja- Karangasem belum memadai untuk menahan beban kendaraan besar tersebut.
Terkait hal ini, Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Provinsi Bali, IGW Samsi Gunarta mengatakan bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan berbagai pemangku kepentingan termasuk kabupaten/kota dan otoritas transportasi darat untuk memastikan distribusi logistik tetap berjalan selama masa perbaikan berlangsung.
“Kalau yang menyeberang terutama untuk kendaraan 3 sumbu kita tidak bisa terima selama masa perbaikan ini, karena tidak ada tempat atau tidak ada jalan yang cukup untuk mereka untuk bisa ke Denpasar kalau lewat Singaraja maupun lewat Karangasem,” ujar Samsi Gunarta, Kamis (10/7).
Untuk itu, kendaraan besar harus memecah muatan atau dialihkan menggunakan kendaraan lebih kecil. Sehingga, logistik yang dimuat di kendaraan besar bisa dikirim lewar jalur alternatif tersebut.
Samsi menyebut pembatasan kendaraan besar bersifat sementara, karena jalan di jalur utara belum memenuhi standar untuk kendaraan berat.
Diungkapkan, truk 3 sumbu biasanya mengangkut barang-barang seperti bahan bangunan dan produk perusahaan besar. Untuk itu, semua pengusaha logistik diminta mengganti kendaraan besar dengan truk yang lebih kecil.
“Jadi dihimbau mereka untuk mengganti dengan kendaraan lebih kecil. Itu pertama. Jadi semua pengusaha yang mengirimkan muatan ke Bali untuk menggunakan truk yang lebih kecil. Dan kemudian kalau sudah terlanjur ya mereka harus menunggu di ruang parkir untuk dipindahkan, ditransfer ke kendaraan yang lebih kecil,” terangnya.
Meskipun ada pembatasan, sektor pariwisata dinilai masih aman. Sebab, kendaraan kecil masih diizinkan melewati Bajera dengan sistem satu arah.
Terkait kemungkinan kepadatan di pelabuhan, Samsi menyebut situasinya masih terkendali. “Kalau penyebrangan kan tetap nggak ada masalah, karena yang terganggu itu bukan di penyebrangan,” ucapnya.
Namun, ia mengakui kemacetan mulai terasa di beberapa titik. “Ya sekarang kemacetan itu ada di Bajera sendiri, kemudian sekarang di Singaraja, jadi sepanjang jalan Singaraja menuju Denpasar ini karena kepadatannya meningkat,” kata Samsi.
Ia mengatakan, jalan-jalan di wilayah utara seperti Cekik–Gitgit–Sukasada maupun jalur Karangasem belum ideal untuk kendaraan berat. Karena itu, efektivitas dan efisiensi penggunaan ruang jalan harus diperhatikan.
“Karena kalau ruang terlalu besar nanti mengganggu yang lain, sehingga peluang terjadinya kecelakaan dan kemudian potensi kemacetan itu juga kemungkinan besar terjadi kalau terlalu besar,” ungkapnya.
Proses perbaikan jalan di Bajera sendiri telah dimulai. Namun, kondisi medan serta kompleksitas teknis menjadi tantangan.
“Pertama medannya tidak mudah, kedua koordinasi karena itu irigasi jadi sungai tidak bisa ditutup secara dalam waktu panjang, sementara penanganan gorong-gorong kan harus kering, nggak bisa mengerjakan dalam kondisi basah,” jelasnya.
Meski aturan Over Dimension Over Loading (ODOL) sudah diberlakukan, ia menekankan pentingnya kepatuhan dalam kondisi darurat seperti saat ini. Sementara, logistik penting seperti BBM dari Pertamina tetap bisa masuk dengan pengawalan khusus. (Ketut Winata/Balipost)