
DENPASAR, BALIPOST.com – Di ujung barat Pulau Bali, tepatnya di Kabupaten Jembrana, terdapat sebuah tradisi unik yang sudah melegenda, Mekepung. Secara harfiah berarti “berkejar-kejaran”, tradisi ini mempertemukan kerbau-kerbau terbaik milik petani dalam balapan yang penuh semangat, adat, dan gengsi.
Berikut 5 fakta menarik seputar Mekepung, tradisi khas Jembrana yang patut dilestarikan:
1. Bermula dari Sawah, Berlanjut ke Arena Balap
Asal mula Mekepung berasal dari kebiasaan petani di Jembrana yang membajak sawah bersama menggunakan kerbau. Saat waktu istirahat, para petani mengadu kecepatan kerbaunya untuk hiburan. Dari sanalah tradisi Mekepung lahir dan berkembang menjadi event budaya tahunan.
2. Kerbau-kerbau Terlatih dan Berkelas
Kerbau peserta Mekepung bukan kerbau sembarangan. Mereka dilatih sejak kecil dan diperlakukan layaknya atlet. Pemiliknya bahkan rela menghabiskan puluhan juta rupiah untuk pakan, pelatihan, hingga hiasan yang disebut “umbul-umbul” dan “hiasan gading” pada kerbau jagoannya.
3. Arena Mekepung: Sirkuit Alam yang Khas
Lomba Mekepung tidak digelar di jalanan atau stadion, tapi di sirkuit tanah basah sepanjang 1–2 kilometer. Salah satu arena terkenal adalah Sirkuit Sangyang Cerik, di Desa Kaliakah, Negara. Lomba biasanya dimulai pagi hari agar tanah masih lembap dan kerbau tidak terlalu kepanasan.
4. Simbol Gengsi antar “Sekaa”
Dalam tradisi Mekepung, terdapat dua kelompok besar: Regu Ijo (hijau) dan Regu Merah. Setiap kemenangan menjadi kebanggaan tidak hanya bagi pemilik, tapi juga bagi komunitas atau banjar tempatnya berasal. Persaingan sengit tapi tetap menjunjung sportifitas dan kehormatan tradisi.
5. Daya Tarik Wisata dan Ekonomi Lokal
Mekepung kini menjadi daya tarik wisata budaya yang mendatangkan pengunjung lokal dan mancanegara. Pemerintah Kabupaten Jembrana pun rutin menggelar Mekepung Tradisional dan Mekepung Lampit (di sawah berlumpur), sebagai bagian dari kalender pariwisata tahunan. (Pande Paron/balipost)