
DENPASAR, BALIPOST.com – Setiap Tilem Kepitu dan Kaulu, Desa Ababi, Abang, Karangasem, hidup oleh suasana sakral namun penuh semangat.
Tradisi Mejurag Nasi Tekepan atau oleh warga setempat disebut juga Mejurag Ajengan Kalesan menjadi penanda penting dalam kalender spiritual desa adat ini.
Berikut 5 hal menarik tentang tradisi langka ini:
1. Digelar Menjelang Nyepi Adat
Tradisi ini dilaksanakan sehari sebelum Nyepi Adat, masing-masing untuk krama istri (Nyepi Luh) dan suami (Nyepi Lanang). Lokasinya pun berbeda:
- Pura Ulun Suwi untuk perempuan
- Pura Dalem untuk laki-laki
Upacara ini menandai dimulainya masa penyucian diri dan lingkungan.
2. Nasi Tekepan: Persembahan yang Direbut
Nasi tekepan adalah nasi lawar yang dibungkus daun enau (jaka). Setiap keluarga membawa satu bungkus, jumlah total bisa mencapai ±45 tekepan. Setelah didoakan di pelinggih, nasi ini direbut oleh warga — tradisi yang disebut “mejurag”.
3. Melompati Penyengker Pura
Yang unik, nasi tekepan tidak direbut secara biasa. Warga — khususnya laki-laki — melompati penyengker pura untuk mengambilnya. Aksi ini menjadi simbol keberanian, pengabdian, sekaligus upaya menjemput berkah amerta (kehidupan).
4. Doa untuk Kesuburan dan Perlindungan
Nasi hasil rebutan tidak langsung dimakan. Banyak yang menaburkan di pekarangan atau ladang, sebagai doa agar tanaman subur, ternak sehat, dan desa terbebas dari bala. Ini adalah wujud nyata rasa syukur atas alam.
5. Peran Gender yang Seimbang
Menariknya, tradisi ini juga mencerminkan pembagian peran spiritual. Pada Nyepi Luh, perempuan yang mengatur rumah dan mempersiapkan persembahan.
Pada Nyepi Lanang, laki-laki mengambil alih, berpuasa, dan bermeditasi di rumah masing-masing. Inilah harmoni antara purusha dan pradana. (Pande Paron/balipost)