Krama Lanang Desa Adat Ababi saat mejurag nasi takepan di Pura Ulun Suwi, menjelang upacara Nyepi Istri yang dilaksanakan, Minggu (6/1/2019). (BP/nan)

DENPASAR, BALIPOST.com – Setiap Tilem Kepitu dan Kaulu, Desa Ababi, Abang, Karangasem, hidup oleh suasana sakral namun penuh semangat.

Tradisi Mejurag Nasi Tekepan atau oleh warga setempat disebut juga Mejurag Ajengan Kalesan menjadi penanda penting dalam kalender spiritual desa adat ini.

Berikut 5 hal menarik tentang tradisi langka ini:

1. Digelar Menjelang Nyepi Adat

Tradisi ini dilaksanakan sehari sebelum Nyepi Adat, masing-masing untuk krama istri (Nyepi Luh) dan suami (Nyepi Lanang). Lokasinya pun berbeda:

  • Pura Ulun Suwi untuk perempuan
  • Pura Dalem untuk laki-laki
Baca juga:  Denpasar Siapkan Dua Hotel Isolasi Terpusat

Upacara ini menandai dimulainya masa penyucian diri dan lingkungan.

2. Nasi Tekepan: Persembahan yang Direbut

Nasi tekepan adalah nasi lawar yang dibungkus daun enau (jaka). Setiap keluarga membawa satu bungkus, jumlah total bisa mencapai ±45 tekepan. Setelah didoakan di pelinggih, nasi ini direbut oleh warga — tradisi yang disebut “mejurag”.

3. Melompati Penyengker Pura

Yang unik, nasi tekepan tidak direbut secara biasa. Warga — khususnya laki-laki — melompati penyengker pura untuk mengambilnya. Aksi ini menjadi simbol keberanian, pengabdian, sekaligus upaya menjemput berkah amerta (kehidupan).

Baca juga:  Kebijakan Penggunaan Kain Endek Didukung Penuh Pimpinan Daerah

4. Doa untuk Kesuburan dan Perlindungan

Nasi hasil rebutan tidak langsung dimakan. Banyak yang menaburkan di pekarangan atau ladang, sebagai doa agar tanaman subur, ternak sehat, dan desa terbebas dari bala. Ini adalah wujud nyata rasa syukur atas alam.

5. Peran Gender yang Seimbang

Menariknya, tradisi ini juga mencerminkan pembagian peran spiritual. Pada Nyepi Luh, perempuan yang mengatur rumah dan mempersiapkan persembahan.

Baca juga:  Ini, Hasil Rapat PHDI dan MDA Soal Bali "Sipeng" 3 Hari

Pada Nyepi Lanang, laki-laki mengambil alih, berpuasa, dan bermeditasi di rumah masing-masing. Inilah harmoni antara purusha dan pradana. (Pande Paron/balipost)

BAGIKAN