Tari Pecut tak lepas dari kisah sakral pemberian senjata pecut kepada Kyai Gede Raka. Senjata ini menjadi lambang kekuatan dan perlindungan Kerajaan Badung. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Tidak banyak yang tahu bahwa nama Pemecutan diambil dari kata “pecut” atau cambuk. Bukan cambuk biasa, melainkan pusaka sakti pemberian Dewi Danu Batur kepada Kyai Gede Raka, leluhur pendiri Kerajaan Badung.

Dari pusaka inilah lahir sebuah pertunjukan spiritual yang kini dikenal sebagai Tari Pecut.

Simak enam fakta tarian yang merupakan warisan leluhur penuh makna ini:

1. Berawal dari Anugerah Dewi Danu

Tari Pecut tak lepas dari kisah sakral pemberian senjata pecut kepada Kyai Gede Raka. Senjata ini menjadi lambang kekuatan dan perlindungan Kerajaan Badung. Seiring waktu, makna ini diwujudkan dalam bentuk tarian sakral di lingkungan Puri Pemecutan.

Baca juga:  Kasus Selundupkan 17 Kg Ganja, Sopir Truk Divonis 13 Tahun Penjara

2. Nama Pemecutan Terinspirasi dari Pusaka Ini

Kata pecut menjadi akar penamaan wilayah Pemecutan. Ini mempertegas pentingnya simbol cambuk dalam sejarah dan identitas kerajaan. Bahkan hingga kini, Pecut dipandang sebagai lambang otoritas dan kekuasaan spiritual para raja.

3. Dipentaskan Saat Upacara Sakral dan Kematian Raja

Tari Pecut tidak sembarangan ditampilkan. Biasanya hanya muncul pada saat upacara palebon untuk tokoh Puri, upacara agung (yadnya), atau festival budaya yang digelar langsung oleh puri. Sebelum menari, para penari wajib melakukan persembahyangan dan nyuwun restu leluhur.

Baca juga:  Inkindo Bali Siap Dukung dan Bersinergi dengan Gubernur Bali

4. Gerakan Mengentak, Bunyi Menggelegar

Penari mengayunkan cambuk hitam hingga menciptakan bunyi hentakan yang keras. Tak sekadar suara, tetapi diyakini sebagai getaran spiritual. Ada kisah, bila jiwa penari dan pusaka menyatu, pecut bisa memercikkan api – simbol bersatunya kekuatan alam dan manusia.

5.  Bagian dari Identitas Ksatria Badung

Bersama dengan Tari Baris Tengklong – tarian pasukan cepat Kerajaan Badung – Tari Pecut menjadi lambang kejayaan masa lalu. Busana penari penuh warna, dengan aksen poleng dan kepala tegak menantang, mencerminkan watak ksatria yang waspada dan gagah.

Baca juga:  Antisipasi Kemacetan saat Kasanga Fest 2025, TMD Difungsikan Jadi Shuttle Bus Gratis

6. Kini Dihidupkan Kembali Lewat Festival dan Sasana

Untuk menghidupkan kembali nilai-nilai luhur ini, keluarga besar Puri Pemecutan mendirikan Sasana Pecut Badeng yang mewadahi pelatihan bagi generasi muda. Sejak 2020, tarian ini kembali ditampilkan dalam Festival Budaya Pecut Pusaka Ksatria Mahottama di Kota Denpasar.

BAGIKAN