
JAKARTA, BALIPOST.com – Konflik di Timur Tengah (Timteng) meningkat dengan serangan Israel ke Iran.
Guna mengantisipasi memanasnya konflik di Timteng, Indonesia menyiapkan ‘reroute pasokan minyak dan gas bumi (migas) hingga peningkatan produksi di dalam negeri.
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung dikutip dari Kantor Berita Antara mengatakan dalam menghadapi gejolak harga minyak dunia pasca-serangan Israel ke Iran mengusahakan peningkatan produksi minyak dan gas bumi (migas) di dalam negeri.
Sehingga meminimalisir pengaruh gejolak internasional terhadap stabilitas ketersediaan energi di dalam negeri.
Pernyataan tersebut terkait dengan serangkaian serangan besar-besaran Israel ke sejumlah target militer di Iran, termasuk ke beberapa individu yang dikabarkan memiliki koneksi dengan program nuklir negara tersebut.
Serangan Israel itu juga menargetkan sejumlah pemimpin militer Iran, demikian laporan RIA Novosti mengutip sejumlah sumber.
Otoritas Iran membatalkan seluruh penerbangan di bandara Imam Khomeini di Tehran menyusul serangan tersebut, lapor kantor berita ISNA mengutip juru bicara bandara.
Sementara itu, Pertamina (Persero) menyiapkan skenario reroute atau pengubahan jalur pelayaran logistik apabila konflik di Timur Tengah memanas.
“Kalau kemarin-kemarin yang beberapa konflik, biasanya caranya reroute (pengubahan jalur), cari jalur pelayaran distribusi yang aman,” ujar VP Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Fadjar Djoko Santoso ketika ditemui di Jakarta, Jumat.
Mitigasi dampak nantinya akan dilakukan oleh Pertamina International Shipping (PIS) dan Pertamina Patra Niaga terkait seserius apa konflik yang berlangsung di Timur Tengah.
Sejauh ini, kata dia, konflik yang terjadi antara Israel dan Iran belum berdampak kepada Pertamina. Oleh karena itu, reroute masih menjadi skenario mitigasi.
Selain reroute, Pertamina juga mempersiapkan diri untuk mengimpor dari negara lain yang berlokasi di luar kawasan Timur Tengah.
“Sekarang bisa impor crude (minyak mentah) lebih fleksibel. Jadi, kami tidak terlibat kontrak panjang. Kami bisa modifikasi kalau ada gangguan di satu titik, bisa pindah misalnya (impor) dari Afrika,” kata Fadjar. (kmb/balipost)