Penampilan duta Kabupaten Badung pada pawai PKB ke-46 memukau penonton. (BP/Istimewa)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Kabupaten Badung dalam pawai pembukaan (peed aya) Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-47 akan menghadirkan Perang Untek “Pusaka Agraris Desa Kiadan Kabupaten Badung”.

Sebuah pertunjukan yang bukan hanya memvisualisasikan tradisi, namun juga menjiwai filosofi Jagat Kerthi yang menjadi napas kehidupan masyarakat Badung.

Kepala Dinas Kebudayaan Badung, I Gde Eka Sudarwitha, menyampaikan bahwa garapan ini merupakan cerminan tematik dari interpretasi nilai-nilai luhur Jagat Kerthi, khususnya dalam bingkai Pawongan, yakni harmoni antarumat manusia.

Menariknya, penampilan ini juga melibatkan warga negara asing (WNA) sebagai penari dan musisi, memperkuat makna keterbukaan dan keberagaman budaya.

Baca juga:  PPKM Level 3 Saat Nataru, Upaya Antisipasi Jangka Panjang

“Keterlibatan WNA dalam barisan ini bukan sekadar bentuk partisipasi, melainkan perwujudan nyata dari filosofi Pawongan dalam Jagat Kerthi yaitu keharmonisan hubungan antar manusia tanpa sekat asal-usul. Mereka belajar, menghayati, dan menari dalam irama budaya Bali, bukan sebagai penonton, tetapi sebagai bagian dari masyarakat yang ikut menjaga nilai dan estetika,” jelasnya.

Ritual Perang Untek yang dibawakan berasal dari Desa Adat Kiadan, sebuah wilayah agraris di jantung Badung. Tradisi ini digelar setiap Purnama Sasih Kapitu, sebagai persembahan dan rasa syukur atas berkah panen.

Baca juga:  Klian Pura Dalem Kebon Dihukum Setahun

Dalam prosesi ini, para pemuda dan pemudi saling melempar untek (bola kecil dari bahan alam), simbol dari hubungan kosmik antara Purusha (laki-laki/ayah/langit) dan Pradana (perempuan/ibu/bumi). Sebuah bentuk spiritualitas yang hidup, bukan hanya di altar suci, tapi juga di ladang, di peluh, dan di tawa muda-mudi desa.

“Perang Untek adalah penyucian jiwa melalui permainan. Ia menyatukan masa lalu dan masa kini dalam tarian dan tawa. Tradisi ini mengajarkan bahwa warisan bukan untuk disimpan, tetapi untuk dirayakan,” tutur Sudarwitha.

Baca juga:  Tepergok Bobol Toko, Pengangguran Ditangkap Warga

Simbol keris sebagai lambang Kabupaten Badung turut dijadikan inspirasi dalam desain kostum. Para seniman muda Badung berkreasi dengan sentuhan modern tanpa meninggalkan esensi tradisional.

Selain Perang Untek, barisan Jegeg Bagus, Gebogan, Umbul-umbul, tedung, Kober, serta barisan Baris akan ikut memeriahkan Peed Aya. “Tahun ini, Badung mengirimkan 26 duta seni dengan total 2.022 seniman terlibat. Pemerintah mengalokasikan anggaran lebih dari Rp 7 miliar demi menyukseskan partisipasi ini,” pungkasnya. (Parwata/balipost)

BAGIKAN