
MANGUPURA, BALIPOST.com – Bali sebagai destinasi wisata dunia tak bisa lepas dengan industri beverages, baik itu racikan minuman non-alkohol maupun beralkohol. Bahkan, dunia mixology atau yang juga dikenal dengan istilah bartending berkembang pesat di Bali.
Salah satu mixologist yang menjuarai Indonesian Mixology 2014, Arey Baker, mengatakan mixologist Bali memiliki keahlian mengesankan. “Bali memang memiliki bar yang sangat banyak dan persaingan di dunia bartending sangat ketat. Karena itu, para bartender di sini selalu termotivasi untuk menciptakan inovasi baru dalam cocktail dan mocktail,” sebut Arey saat ditemui Polaris Master ExPOLrasi 2025, Kamis (22/5) di Kuta, Badung.
Ia menyebut meski Jakarta menjadi rival kuat di dunia mixology Indonesia, para mixologist Bali sudah cukup matang dan berpengalaman dalam kompetisi, bahkan hingga tingkat internasional.
Arey yang juga menjuarai kompetisi bartender tingkat internasional ini bahkan merasa kagum dengan beragam bahan tak biasa yang digunakan untuk menghadirkan mocktail maupun cocktail. Sejumlah bahan itu di antaranya loloh daun suji, kecombrang, hingga asinan.
Menurut Arey, dunia bartending Indonesia kini sudah berkembang pesat. Di tahun 2000-an, pekerjaan bartender mulai mendapat pengakuan lebih luas di dunia internasional.
“Sekarang, profesi bartender sudah sangat dihargai. Gaji mereka sudah sesuai dengan UMR, bahkan service charge yang diterima cukup tinggi,” ungkap Arey.
Pekerjaan bartender, bagi Arey, bukan hanya tentang penghasilan, tetapi juga kepuasan dalam berinteraksi dengan beragam jenis orang dari seluruh dunia. “Pekerjaan ini sangat menyenangkan. Selain menciptakan minuman unik, kami juga bisa bertemu dengan banyak orang dari berbagai negara,” ujarnya.
Arey juga menyoroti pentingnya bahan-bahan berkualitas dalam menciptakan cocktail dan mocktail yang nikmat. Salah satu bahan yang dinilainya bisa digunakan adalah Polaris, yang dianggap memberikan rasa unik dan menarik pada setiap minuman yang disajikan. “Polaris kini sudah sangat dikenal di banyak outlet F&B di Bali dan menjadi bahan favorit untuk membuat rasa yang lebih khas dan unik,” jelasnya.
Sementara itu, Andrew White yang menjadi juri dalam kompetisi itu juga mengaku kagum dengan kemampuan para mixologist dalam meracik minuman.
Bahan-bahan yang digunakan juga beragam dan mampu diracik dengan baik sehingga menghasilkan minuman yang unik. “Tim-tim dari Bali bisa kreasi mocktail dan cocktail yang selain segar dan enak, juga unik,” kata suami Nana Mirdad ini.
Menurut General Manager Brand Communication & Content Health Care Tempo Scan Pacific, Diana Theodora, pihaknya berupaya untuk mendukung inovasi dan kreasi dunia mixology. “Melalui ajang ini, kami mengajak masyarakat lebih berani mengeksplorasi rasa dan menemukan cara baru menikmati minuman yang sehat, kreatif, dan tetap menyenangkan,” sebutnya.
Mengutip data NielsenIQ, sebanyak 43 persen Gen Z dan milenial di Asia Tenggara kini lebih memilih minuman rendah atau tanpa alkohol saat bersosialisasi. Tren mindful drinking terus tumbuh, mendorong munculnya pilihan-pilihan yang lebih sehat, dan halal.
Pihaknya pun mengaku terus memberikan alternatif pilihan rasa dalam minuman, seperti ginger ale yang diperkenalkan sebagai varian terbaru. Rasa ini melengkapi empat varian rasa sebelumnya yaitu coffee cream, sarsaparila, soda water, dan bitter lemon. (Diah Dewi/balipost)