Salah satu petani sedang merawat tanaman kopinya. (BP/Istimewa)

BANGLI, BALIPOST.com – Para petani kopi khususnya di wilayah Kintamani mulai sumringah. Sebab, harga kopi di pasaran belakangan ini terus naik.

Harga kopi hasil petik merah telah menembus harga Rp15.200 per kilogram. “Saat ini kita tengah memasuki musim panen, sementara harga di pasaran sangat mendukung,” ujar Made Kelungkung, salah satu petani kopi di Desa Belantih, Kintamani.

Kelungkung menyebutkan, kenaikan harga kopi telah tampak sejak tahun lalu. Pihaknya belum mengetahui penyebab terjadinya kenaikan harga kopi tersebut.

Baca juga:  Musim Hujan, Wilayah Rawan Longsor dan Pohon Tumbang Dipetakan BPBD Bangli

Namun dirinya memperkirakan peningkatan ini dipicu tingginya permintaan seiring menjamurnya coffee shop di Kintamani, termasuk permintaan untuk pangsa pasar, baik di dalam maupun luar negeri. “Apapun penyebab kenaikan harga kopi ini, selaku petani kopi kita tentunya sangat bersyukur,” ujarnya.

Dijelaskan, dengan bagusnya harga kopi tentunya memberikan harapan bagi petani di Kintamani. Pasalnya, belakangan ini banyak petani kopi yang beralih ke tanaman lain, namun kini kembali ke jalur penanaman kopi ini.

Varietas yang paling banyak dikembangkan adalah arabika dan robusta. Namun yang menjadi primadoana adalah arabika, karena rasanya yang khas. “Dulu saat harga jeruk melambung banyak petani merabas kopi digantikan jeruk. Namun kini mereka kembali ke tanaman kopi,” papar pesiunan guru ini.

Baca juga:  Yuk, Ngopi Bareng di Malang Coffee Festival 2017

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Putra Eka Wirata, petani kopi asal Desa Gunungbau, Kintamani. Di Wilayah Desa Gunungbau jumlah lahan perkebunan kopi mencapai ratusan hektar.

Ia menyebut sebagian di antara petani sudah mulai melakukan aktivitas panen. “Untuk menjaga mutu kami tetap menerapkan sistem petik merah,” bebernya.

Tutur Eka Wirata, hingga saat ini hasil petik merah petani masih dibeli oleh para pengepul. Jumlah pengepul cukup banyak sehingga petani belum menemui kesulitan dalam pemasaran produksinya.

Baca juga:  Perkenalkan Fasilitas, Pengolahan Kopi di Sentra IKM Belum Dipungut Biaya

“Selain untuk keperluan ekspor ke Malaysia, kopi yang dihasilkan di Kintamani juga banyak yang diserap untuk konsumsi coffee shop yang ada di sejumlah objek wisata termasuk di Kintamani,” imbuhnya. (Antarini/denpost)

 

BAGIKAN