Rejang Ayunan khas Kecamatan Pupuan menjadi salah satu kesenian yang diusulkan mendapatkan status WBTB. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Bali tak pernah kehabisan warisan budaya yang sarat makna. Salah satunya adalah Tradisi Rejang Ayunan yang hanya dijumpai di Desa Bantiran, Kecamatan Pupuan, Tabanan.

Uniknya, tradisi ini bukan dibawakan oleh perempuan seperti Tari Rejang pada umumnya, melainkan oleh remaja laki-laki yang belum menikah.

Berikut lima fakta menarik dari tradisi sakral ini:

1. Ditarikan oleh Remaja Laki-Laki yang Belum Menikah

Dalam tradisi ini, para penari disebut dehe teruna—anak laki-laki yang baru memasuki masa remaja. Mereka dianggap masih suci secara spiritual sehingga dipercaya mampu menjalankan peran sakral dalam upacara.

Baca juga:  Unud Tanggapi Penolakan BEM Soal Kerja Sama dengan TNI, Janji Bukan Militerisasi Kampus

2. Berayun di Tali Pohon Cempaka atau Beringin

Sesuai namanya, para penari Rejang Ayunan menari sambil bergelantungan dan berayun di tali yang diikatkan pada pohon cempaka atau beringin. Gerakan ini mencerminkan transisi kehidupan dan penyucian diri.

3. Digelar Sekali Setahun Saat Purnama Kalima

Rejang Ayunan hanya dipentaskan setahun sekali, tepatnya saat Purnama Kalima, sebagai bagian dari upacara besar di Pura Puseh Bale Agung. Warga meyakini pelaksanaannya dapat menjaga keharmonisan desa secara sekala-niskala.

Baca juga:  Hari Ini, Kolaborasi SMPN 3 Denpasar dan SMAN 3 Denpasar di Menyongsong Matahari Bali 2018

4. Tradisi Penyucian dan Regenerasi Budaya

Selain sebagai persembahan kepada Sang Hyang Widhi, tarian ini juga menjadi simbol penyucian diri dan bagian dari sistem pendidikan adat—di mana para dehe teruna diperkenalkan pada nilai-nilai luhur warisan leluhur.

5. Dilestarikan Secara Turun-temurun

Meski hanya dilakukan sekali dalam setahun, tradisi ini dijaga dengan disiplin tinggi. Para penari dilatih oleh tokoh adat dan tidak sembarang orang boleh ikut. Prosesi ini diyakini mampu menjaga keseimbangan alam dan spiritual desa. (Pande Paron/balipost)

Baca juga:  Desa Adat Kalibalang Lestarikan Adat dan Budaya Lewat Pertanian
BAGIKAN