Hamparan lahan pertanian di Jatiluwih, Tabanan. (BP/Dokumen)

TABANAN, BALIPOST.com – Dalam rapat kerja Komisi II DPRD Tabanan dengan sejumlah organisasi perangkat daerah (OPD), Rabu (9/10) sektor pertanian menjadi salah satu fokus utama pembangunan yang akan diprioritaskan ke depan. Salah satu anggota Komisi II menggarisbawahi pentingnya perhatian terhadap kawasan pertanian di Kecamatan Penebel, khususnya Jatiluwih, yang merupakan sentra pertanian terbesar di Tabanan.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Pertanian Tabanan, Made Subagia mengungkapkan bahwa sejumlah jaringan irigasi tersier di Jatiluwih memerlukan perbaikan. Setelah dilakukan pengecekan lapangan bersama Dinas PUPRPKP dan Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali Penida, ditemukan bahwa ada bendungan yang membutuhkan rehabilitasi yang kewenangan perbaikannya berada di tangan pemerintah pusat.

Baca juga:  Belasan Warga Terjaring Sidak Duktang di Tabanan

“Jika rehabilitasi ini bisa dilakukan, air yang saat ini meluber bisa dikelola dan dialirkan dengan baik menuju jaringan tersier. Ini akan sangat membantu petani dalam budidaya pertanian karena ketersediaan air menjadi lebih stabil,” jelas Subagia.

Ia juga menambahkan bahwa petani sering kali menyampaikan bahwa mereka bisa menyewa alat pertanian, tetapi tidak bisa “menyewa” air. “Pesan ini menunjukkan pentingnya perbaikan irigasi secara komprehensif, mulai dari bendungan hingga saluran primer, sekunder, dan tersier, yang menjadi tanggung jawab kementerian dan OPD terkait,” ujarnya.

Baca juga:  Bendungan Tamblang Tahap Persiapan 58,10 Hektare Lahan

Bendungan di Jatiluwih kini masuk sebagai prioritas pertama Balai Wilayah Sungai Bali Penida untuk diperbaiki, dengan harapan rehabilitasi dapat dimulai pada tahun 2024 atau paling lambat di tahun 2025. Jika perbaikan ini berhasil, kawasan pertanian di Subak Jatiluwih dipastikan akan terus bertahan sebagai salah satu penghasil pangan utama di Tabanan.

Jatiluwih memiliki 20 subak yang mencakup total lahan seluas 1.890 hektar dengan jumlah petani sebanyak 3.699 orang. Sedangkan Subak Jatiluwih yang mencakup area seluas 227,41 hektar memiliki bendungan yang memerlukan perbaikan dengan perkiraan anggaran sekitar Rp200 juta. “Saat ini air dari bendungan meluber ke perairan umum. Jika rehabilitasi dilakukan, air dapat dikelola dan dialirkan dengan baik ke saluran sekunder dan tersier,” tambah Subagia.

Baca juga:  Bilang Mau Masak Nasi, IRT Ditemukan Meninggal di Sumur

Dengan sinergitas dan koordinasi antara legislatif dengan instansi terkait, diharapkan perbaikan irigasi ini dapat menjadi solusi untuk menjaga keberlanjutan pertanian di Jatiluwih serta meningkatkan produktivitas pangan di Tabanan. (Puspawati/balipost)

 

BAGIKAN