Kepala Staf Militer Prancis untuk kepresidenan Benoit Puga menyaksikan Presiden Prancis Emmanuel Macron menandatangani dokumen saat ia dilantik untuk masa jabatan kedua setelah terpilih kembali, di Istana Elysee di Paris, Prancis, Sabtu (7/5/2022). (BP/Dokumen Antara)

PARIS, BALIPOST.com – Untuk menuntut pengunduran diri serta pemakzulan Presiden Emmanuel Macron, ribuan warga Prancis turun ke jalan di Paris, Lyon, dan Marseille pada Sabtu (21/9).

Para warga yang berdemonstrasi menuduh Macron mengabaikan hasil pemilu yang dimenangi Front Populer Baru (NFP), aliansi kiri-hijau.

Macron lebih memilih Michel Barnier, yang berhaluan tengah-kanan, sebagai perdana menteri daripada kandidat dari koalisi sayap kiri, Lucie Castets.

Baca juga:  Tak Hadiri Panggilan MKD, Bamsoet Kirim Surat Klarifikasi

“Kami berjuang meyakinkan orang untuk memilih setiap saat, untuk menjelaskan pentingnya memilih,” kata Laly, 23 tahun, kepada Anadolu, seperti dikutip dari kantor berita Antara, Minggu (22/9).

Ia menekankan bahwa ketidakpedulian Macron terhadap hasil pemilu menimbulkan masalah besar bagi demokrasi.

Para pedemo kemudian mengumpulkan tanda tangan yang menuntut pemecatan Macron sebelum masa jabatan sang presiden berakhir pada 2027.

Selain pemecatan Macron, para pengunjuk rasa menuntut kenaikan upah minimun serta menurunkan usia pensiun.

Baca juga:  2023, Belasan Desa di Tabanan Gelar Pilkel Serentak

Beberapa aktivis dari Kaledonia Baru juga ikut berdemonstrasi. Mereka mengeluhkan tingginya biaya hidup di wilayah kekuasaan Prancis di luar negeri. Aksi protes tersebut melibatkan kalangan anggota parlemen, aktivis, dan pendukung Palestina. (Kmb/Balipost)

BAGIKAN