Penampakan Porsche 1956 yang disulap menjadi 356 Cabriolet. (BP/may)

GIANYAR, BALIPOST.com – Meski berusia muda, Laksamana Gusti Handoko (32) punya hobi relatif unik. Ia suka mendesain mobil-mobil tua untuk diubah menjadi model yang tak lagi diproduksi massal pabrikannya.

Ia mampu mengubah mobil Porsche keluaran 1956 menjadi 356 Cabriolet. Mobil tersebut yang merupakan pesanan Adi Yunadi, penggemar mobil-mobil tua khususnya volkswagen (VW), ini diperlihatkan pada Jumat (10/5) sebelum diserahterimakan.

Menurutnya, Porsche yang ia selesaikan tersebut desainnya memang sudah kedaluwarsa. Sehingga, selama pabrikannya tidak mengeluarkan model yang sama, pihak lain boleh membuatnya kembali dengan desain, warna, dan spesifikasi berdasarkan kreativitasnya.

“Sedangkan mesin menyesuaikan, spek sama tapi baru. Misalnya mobil karena porsche dan VW sama darahnya dan ada part yang diimpor,” ujarnya pemilik Tuksedo Studio itu di Ketewel, Gianyar.

Baca juga:  Laut Jadi Sumber Penciptaan dalam Seni Desain

Kesuksesannya mendesain Porsche 356 menjadi Cabriolet diapresiasi penggemar mobil tua. Terbukti ini merupakan mobil ke-8 yang ia selesaikan. Mobil pesanan tersebut berhasil diselesaikan dalam waktu kurang dari 1 tahun.

Sejak berdiri tahun 2020, ia telah memproduksi hampir 20 mobil dan hampir semuanya merupakan pesanan. Selain merk Porsche yang direparasi ulang menjadi mobil Tuksedo ada juga Toyota yang merupakan mobil buatan Jepang paling mahal sepanjang sejarah. Semua mobil yang didesain itu sudah tidak diproduksi lagi oleh pabriknya.

Kegiatan otomotif yang dilakoni bersama ayahnya ini merupakan cita-cita sejak lama karena melihat animo masyarakat, terutama di kalangan otomotif cukup tinggi untuk mobil tua. Bahkan ia menyebut antrean pesanan lebih banyak dari luar negeri, terutama dari Timur Tengah. Selain itu permintaan juga datang dari Amerika dan Eropa.

Baca juga:  Jabar Ditetapkan Sebagai Sentra Pembina Talenta Muda Desain Olahraga Nasional

Hanya saja untuk produksi keluar negeri ia masih menunggu regulasi. Menurutnya dalam memperkuat industri otomotif di Indonesia, penguatan SDM perlu dilakukan karena jika ingin menjadi industri berskala internasional dibutuhkan lebih bahyak SDM yang berkualifikasi mengingat tidak ada sekolah khusus otomotif di Indonesia.

Tuksedo Studio dikatakan telah menjadi bagian dari pariwisata Bali. Sebab, usahanya ini merupakan pertemuan antara seni dan ilmu pengetahuan. “Kami mempelajari karya-karya kelas dunia,” imbuhnya.

Sementara itu, penggemar mobil tua, Adi Yunadi mengatakan, Porsche yang dibawanya tersebut dalam kondisi setengah matang yaitu kaca, kursi, dan roda belum ada. “Jadi, istilahnya baru kalengan,” ujarnya.

Baca juga:  Tinjau Pembangunan Pelabuhan Sanur, Gubernur koster Minta Sesuai Desain dan Berkualitas

Setelah direstorasi, ia pun terkesan dengan hasil ciptaan Laksmana. Untuk merealisasikan mimpinya memiliki Cabriolet ini, dirinya harus merogoh kocek hingga Rp2 miliar, sudah termasuk dengan surat-suratnya sehingga bisa digunakan beraktivitas.

Ia sendiri menggemari mobil tua jenis VW dan Porsche meskipun kebanyakan orang menyebut VW tidak nyaman untuk dikendarai. Namun karena kegemarannya dengan VW, ia bisa mengendarai VW hingga 4 hari dalam jarak yang jauh.

“Cabriolet, saya suka sekali karena jarang sekali ada dan kalau diproduksi pasti pesanan, jadi tidak banyak yang punya makanya ada rasa bangga sedikkt. Mobil ini aslinya rata-rata sudah rusak apalagi Cabrio sedih sekali kondisinya dan sudah tidak diproduksi lagi,” imbuhnya. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN