Seorang pekerja berada di workshop Nataoka yang berlokadi di Tabanan, Bali. (BP/Dokumen Nataoka)

DENPASAR, BALIPOST.com – Tak disetujui orangtuanya untuk terjun ke bisnis pakaian tak menyebabkan Putu Desi Astriani berkecil hati. Ia pun putar otak untuk meluluhkan hati orangtuanya.

Muncul lah ide untuk menggabungkan nama kedua orangtuanya, Nata dan Oka, menjadi sebuah brand pakaian siap pakai (ready to wear) miliknya.

“Jadi brand Nataoka itu berasal dari nama kedua orangtua. Bapak namanya Nata, sedangkan ibu namanya Oka. Digabung jadi Nataoka,” ujar perempuan yang memiliki workshop pembuatan pakaian jadi di Tabanan ini.

Ia pun mengisahkan bahwa orangtuanya tak setuju dirinya terjun ke dunia usaha pakaian. Sebab, background kuliahnya adalah jurusan hukum.

Namun, ia berkeinginan untuk berbisnis pakaian ready to wear. “Dengan menggunakan nama kedua orangtua, harapannya nanti kalau sudah berhasil, orangtua bisa merasa bangga,” sebutnya.

Jenama Nataoka diluncurkan pada Januari 2017 di Hongkong Fashion Week karena Desi menang dalam kompetisi desain dan memperoleh tiket untuk menggelar ekshibisi di acara itu.

Ada banyak model pakaian yang kini dipasarkan di sejumlah outletnya yang berlokasi di kawasan wisata Kabupaten Badung, yakni Canggu, Seminyak, dan Berawa karena menyasar wisatawan mancanegara dan ekspor.

Baca juga:  Cuti Bersama Iduladha, BRI Tetap Beroperasi Terbatas

Ia memilih untuk membuat pakaian ready to wear berbahan linen. Hal itu setelah dirinya membaca berbagai literatur terkait kain.

Saat dicoba produksi, lanjutnya berkisah, ternyata market mau menerima. “Oh, ternyata jalan nih… malah lebih 3 sampai 4 kali lipat jalannya dari yang dahulu,” ungkap perempuan ini.

Selain bentuknya yang simpel dan elegan, ia mengaku selling point dari produknya adalah brand yang dimiliki pengusaha lokal Bali.

Sebab di Bali, kebanyakan produk-produk ready to wear yang ada di pasaran, pemiliknya orang asing. Ia pun mengaku sering mendapatkan pertanyaan terkait kepemilikan usahanya ini karena pelanggan berpikir produk ready to wear-nya milik orang asing.

Desi memiliki pabrik sendiri yang memproduksi pakaian yang dipasarkannya di kampung halamannya, Tabanan. Mulai dari konsep, produksi, hingga pemasaran, dilakukan di sana.

Karena keuletannya dalam berusaha, BRI pun menawari Desi untuk ikut Brilianpreneur di 2019. “Ada kita ngirim barang dan dibuatkan expo secara online sehingga bisa mengeceknya di HP. Saat itu, saya masih belajar, masih proses. Jadi dari segi produk juga, waktu itu, masih kurang,” katanya mengenang.

Ia pun tak patah semangat, terus belajar lewat program Brilianpreneur ini. Karena di sana, ia bisa sharing informasi dan menganalisa market pasar luar.

Baca juga:  Tukang Asal Jember Ditemukan Tak Bernyawa, Ini Hasil Rapid Test-nya

Dari sana, ia melakukan riset. Bahkan karena melihat manfaat dari Brilianpreneur ini, ia kembali berpartisipasi di 2022 lewat UMKM EXPO(RT) Brilianpreneur.

Harapannya, lewat Brilianpreneur, dirinya bisa memperluas pasar ekspor. Saat ini, diakuinya sudah ada produk yang diekspor. “Dengan Brilianpreneur ini, harapannya bisa lebih bagus,” ujar Desi yang merupakan peserta Brilianpreneur 2019 dan 2022 ini.

Saat ini dirinya mempekerjakan sekitar 25 karyawan, kebanyakan penjahit yang perempuan. Ia mengaku ingin memberdayakan perempuan agar tak identik dengan ibu rumah tangga saja. “Tentunya pingin juga (membuktikan, red), wanita-wanita itu kuat lho. Bukan hanya sekedar diam di rumah, sebagai ibu rumah tangga, tapi kita juga mampu melakukan sesuatu dan berkarya,” tegasnya.

Karyawannya saat ini hampir 80 persen berasal dari daerah Tabanan. Alasannya, produksi dilakukan di Tabanan dan ia ingin masyarakat sekitar juga terlibat dalam membesarkan usahanya itu.

Dirinya juga memiliki toko online yang memasarkan produk Nataoka. Untuk online, ia menyebut pembelinya kebanyakan dari luar negeri, terutama Amerika Serikat. “Kebanyakan pembelinya dari US, fokusnya memang untuk ekspor,” sebutnya.

Baca juga:  Mudah dan Aman, Tunaikan Donasi Zakat lewat BRImo

Ia berpesan agar para pelaku UMKM bisa tetap kreatif dan bangkit bersama untuk mendunia.

Dalam kesempatan terpisah, Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan bahwa UMKM harus banyak mendapatkan kesempatan ekspor dan masuk pasar internasional. Mengingat posisi UMKM yang merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia.

“Program UMKM EXPO(RT) Brilianpreneur menjadi salah satu langkah konkret BRI sebagai lembaga keuangan yang turut bertanggung jawab memajukan UMKM Indonesia. BRI melihat adanya peluang besar bagi produk-produk Indonesia untuk masuk ke pasar global. Hasil karya anak bangsa dinilai memiliki kualitas yang dapat bersaing dengan produk dari negara-negara lain,” jelas Sunarso

UMKM EXPO(RT) Brilianpreneur membuka kesempatan bagi pelaku UMKM menjajaki kerjasama dengan para calon pembeli (buyer) dari berbagai negara melalui business matching.  BRI pun menargetkan pasar potensial secara virtual dari beberapa negara seperti Jepang, Hongkong, UEA, Taiwan, Malaysia, Korea Selatan, Amerika Serikat, Meksiko, Kanada, Belanda, Italia, Australia, dan Selandia Baru.

UMKM EXPO(RT) Brilianpreneur membagi pelaku UMKM ke dalam 5 kategori, yaitu Home Decor & Craft, Food & Beverage, Accessories & Beauty, dan Fashion & Wastra, serta Healthcare/Wellness. (Diah Dewi/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *