I Wayan Artika. (BP/Istimewa)

Oleh Dr. I Wayan Artika, S.Pd., M.Hum.

Era Bapak Menteri Nadiem Anwar Makarim menghadirkan serangkaian episode perubahan radikal dalam pendidikan Indonesia. Pada periode sebelumnya memang telah ada kehendak besar untuk mengadakan perubahan tapi hal itu baru sebatas penggelontoran dana pendidikan yang sangat besar. Tidak tahu harus mengubah apa. Pendidikan pun tetap status quo. Ada perubahan di sana sini namun tambal sulam.

Iklim perubahan pendidikan tidak terasa. Mas Menteri Nadiem Makarim telah melakukan perubahan mendasar dan sebenarnya radikal. Perubahan ini terjadi pada berbagai lini pendidikan. Namun demikian masih tidak luput dari resistensi. Masih ada pertanyaan, apakah perubahan pendidikan selama ini akan tetap berjalan setelah terjadinya suksesi tahun 2024? Hal ini menunjukkan bahwa perubahan pendidikan itu hanya merupakan tanggung jawab kabinet yang sedang berkuasa.

Bahkan ada kesan perubahan-perubahan yang dilakukan bertujuan untuk melawan atau mengubur prestasi yang sudah ada dan telah diterima oleh masyarakat. Ini memang merupakan salah satu bentuk resistensi terhadap perubahan.

Dunia pendidikan Indonesia yang telah berubah secara dinamis dan masif selama Mas Menteri Nadiem Makarim akan bersiap untuk kembali kepada status quo atau perubahan tambal sulam. Hal ini memang amat mengkhawatirkan. Bali memiliki pengalaman buruk dalam hal ini. Pencapaian pendidikan menengah atas Bali Mandara oleh Bapak Gubernur Mangku Pastika yang hanya berumur sepuluh tahun itu, sejalan dengan periode kekuasaannya di Bali, yang sedemikian hebat dan diakui baik nasional maupun internasional; dimentahkan oleh gubernur penerusnya dan seolah-olah apa yang telah dicapai oleh Gubernur Mangku Pastika adalah pemborosan anggaran dan dikaitkan dengan ketidak adilan.

Baca juga:  Pilpres 2024 Minus Kampanye Hitam

Pada tataran yang lebih luas atau di tingkat pusat kekhawatiran semacam ini sudah pasti ada karena perubahan pendidikan Indonesia selalu berhadapan tidak hanya dengan resistensi dari dalam tetapi resistensi politik. Namun demikian, mengingat besarnya dampak perubahan pendidikan yang diluncurkan oleh Mas Menteri Nadiem Makarim seyogyanya insan pendidikan Indonesia bisa menerima hal-hal yang positif dan permasalahat dari berbagai episode merdeka belajar sehingga dengan demikian apa yang telah dicapai dengan biaya yang sangat besar tidak kembali dimentahkan dengan berbagai apologi politik. Walaupun memang ada yang mengatakan secara teori bahwa pendidikan itu politis tetapi seharusnya politik itu bisa memahami pendidikan berada di luar wilayah politik.

Kembali kepada berakhirnya pemerintahan tahun 2024 dan mungkin juga akan mengubah kabinet tentunya didalamnya juga terjadi perubahan pada menteri pendidikan Indonesia maka akhir-akhir ini dunia pendidikan yang bergerak maju, mungkin ada pada masa masa yang kendor karena dalam menghitung hari saja bahwa kabinet ini akan segera berakhir dan adalah waktu yang tidak banyak bisa melakukan perubahan.

Baca juga:  Membuka Belenggu UMKM

Siapa pun tengah menunggu kebijakan apa yang akan hadir. Kebijakan-kebijakan pendidikan yang parsial dan politis hanya sampai pada rentang masa berkuasanya suatu kabinet padahal menurut Filsuf Confucius, kalau memiliki rencana selama satu tahun maka yang pantas ditanam adalah padi dan jika memiliki waktu sepuluh tahun tanamlah pohon; tetapi jika memiliki waktu seratus tahun, waktu yang tepat untuk merencanakan pendidikan.

Artinya pendidikan tidak bisa hanya direncanakan dalam jangka waktu kabinet berkuasa. Kebijakan pendidikan harus melampaui masa-masa berkuasanya kabinet. Ini sejalan dengan dampak pendidikan itu bagi manusia dan kemanusiaan.

Orentasi perubahan pendidikan Menteri Nadiem Makarim adalah berpijak pada historisme pendidikan nasional dan juga bergerak maju ke masa depan ketika dunia di luar bergerak sangat cepat dan pesat. Kebijakan pendidikan Nadiem Makarim patut menjadi catatan bersama bahwa pendidikan itu tidak bisa hanya direncanakan dalam periode politik berkuasa atau kabinet berkuasa tetapi pendidikan itu seperti kata-kata Confucius di atas adalah membutuhkan masa pembangunan perencanaan yang paling panjang ketimbang padi atau menanam pohon.

Kembali kepada adanya pandangan yang pesimis bahwa perubahan yang telah dilakukan oleh Mas Menteri Nadiem Makarim, baik yang berorientasi ke masa lalu maupun menuju masa depan, hendaklah diterima dengan segala kearifan sehingga apa yang sudah dilakukan terus berlanjut. Dari perubahan pendidikan yang dilakukan oleh Bapak Nadiem Makarim memang terasa sangat radikal, mendasar bahkan filosofis dan dengan kekuatan besar negara maka resistensi-resistensi dari dalam dunia pendidikan terhadap perubahan telah dapat dicapai; dapat dihadapi. Tidak semua sekolah dan pendidikan bebas dari resistensi.

Baca juga:  Mendikbud Ungkap Rencana Digelarnya PTM

Dalam periode pemerintahan berikutnya resistensi-resistensi yang hendak mengembalikan pendidikan kepada status quo maka ini adalah tantangan internal perubahan. Perubahan pendidikan itu memang hal yang berat dan ini disadari tetapi harus dilakukan jika bangsa ini ingin memiliki perubahan pada seratus tahun yang akan datang. Pendidikan yang telah diubah secara radikal dan ini mungkin baru titik awal dari rentang waktu seratus tahun yang akan datang.

Karena itu, tidak ada alasan menuntut bukti perubahan-perubahan apa yang telah dicapai dan hasilnya mana karena yang patut dipegang adalah hasil pendidikan itu bukanlah kuantitatif angka-angka dan jika pun itu ada bukanlah yang utama. Pencapaian-pencapaian pendidikan yang sejati adalah karakter yang menjadi rumah bagi pengetahuan manusia yang berkembang pesat dan bermanfaat; keterampilan teknis yangmemudahkan kehidupan manusia dalam pengembangan peradaban dan ekonomi; serta sikap kemanusiaan yang sejalan dengan nilai-nilai insani.

Penulis, Dosen Undiksha, Pegiat Gerakan Literasi Akar Rumput pada Komunitas Desa Belajar Bali

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *