Putu Eka Wirawan. (BP/Istimewa)

Oleh Dr. Putu Eka Wirawan, SST.Par., M.Par.

Sejak 1970, Lembaga pariwisata dunia UNWTO, United Nations World Tourism Organization meresmikan tanggal 27 September sebagai Hari Pariwisata Dunia,
Tourism Day. Di usianya yang ke-53 tahun ini, manfaat pariwisata bagi masyarakat dan lingkungan masih mencerminkan api jauh dari panggang.

Berbagai fenomena sosial yang ditimbulkan dari kepariwisataan yang merugikan masyarakat lokal masih
terjadi di begai penjuru dunia. Fenomena penggusuran berdalih peningkatan ekonomi melalui sektor pariwisata juga masih sering terjadi.

Lalu kemana idealnya pariwisata dunia harus bergerak?
Pariwisata berkelanjutan sebenarnya jawaban yang sudah dimunculkan sejak lama dan akan tetap kompatibel selamanya.

Baca juga:  Bantuan Hibah Mandek

Hal itu cukup beralasan, karena konsep pembangunan berkelanjutan yang di dalamnya termasuk pariwisata sudah digagas oleh Grundy (1993) dengan indikatornya adalah keberlanjutan ekologi, keberlanjutan sosial dan keberlanjutan ekonomi. Jika ketiganya diparktikkan dalam kegiatan pariwisata, maka kehidupan di muka bumi ini akan berkesinambungan, karena ketiga landasan di atas saling berkelindan.

Pariwisata yang menekankan aspek lingkungan sebagai landasan utamanya, tidak akan ada pengerusakan lingkungan berujung bencana alam yang diakibatkan
oleh penebangan hutan dan kegiatanreklamasi dengan dalih pariwisata. Namun,faktanya masih sering kita dengar berita di media massa adanya demonstrasi masyarakat lokal sebagai bentuk penolakan kegiatan yang mengancam lingkungan hidupnya.

Baca juga:  Dukung Pariwisata Berkelanjutan, Perlu Kebijakan Revolusioner

Pembangunan pariwisata dengan mengedepankan aspek sosial yang basisnya adalah berkelanjutan kehidupan masyarakat sekitar, kejadian penggusuran dan perekonomian warga lokal yang labil di tengah geliat pariwisata, tidak akan terjadi. Namun, buki empiris di lapangan masih terjadi ketimpangan hidup di lingkungan pariwisata yang sudah mapan.

Tujuan pengelolaan pariwisata yang berfokus pada keberlanjutan ekonomi masyarakat lokal dan wisatawan, akan tercipta kualitas layanan dan harga yang dapat dinikmati pengunjung dan pendapatan untuk masyarakat. Namun sayangnya, hingga kini sering kita jumpai bahwa pariwisata dijual dengan harga tinggi tanpa dibarengi kualitas layanan mumpuni.

Tourism Day harusnya menjadi momentum kita bersama untuk menggerakkan semua entitas pariwisata supaya berkelanjutan. Masyarakat yang ada di sekitar
harusnya menjadi dasar kita untuk membangun pariwisata, sehingga lingkungan baru dapat mendukung kehidupannya.

Baca juga:  Sikap Politik Bung Karno atas Israel dan Palestina

Jika kehidupan sosial yang didukung dengan tatanan lingkungan alam yang berkelanjutan dan peningkatan perekonomian warga, maka pariwisata menjadi nyata adanya. Singkatnya, sustainable tourism atau pariwisata berkelanjutan harusnya tetap dikumandang-wujudkan dengan konsep wisata yang dapat memberikan dampak jangka panjang.

Baik itu terhadap lingkungan, sosial budaya dan ekonomi untuk masa kini dan masa depan bagi seluruh masyarakat lokal house maupun wisatawan guest yang
berkunjung. Inilah saat yang tepat untuk mewujudkannya!

Penulis, Dosen Institut Pariwisata dan Bisnis Internasional

BAGIKAN