Ni Luh Putu Mita Miati S.E., M.Si (BP/Istimewa)

Oleh Ni Luh Putu Mita Miati S.E., M.Si

“Sustainable” atau keberlanjutan menjadi salah satu topik hangat di berbagai negara termasuk Indonesia. Pada masa yang semakin sadar akan isu-isu lingkungan dan sosial, konsep bisnis berkelanjutan telah menjadi sangat relevan. Bisnis berkelanjutan bukan hanya tentang mencari keuntungan finansial, tetapi juga tentang mempertimbangkan dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan bisnis.

Salah satu aspek penting dari bisnis berkelanjutan adalah mengintegrasikan keberlanjutan dalam model bisnis. Ini berarti bahwa perusahaan tidak hanya berfokus pada menciptakan produk atau layanan yang menghasilkan keuntungan, tetapi juga mempertimbangkan bagaimana kegiatan mereka dapat berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat dan menjaga lingkungan. Hal ini sejalan dengan konsep Tri Hita karana yang menekankan keseimbangan dan harmoni antara tiga unsur utama: manusia, alam, dan roh.

Tri Hita Karana mengajarkan bahwa kesejahteraan sosial harus menjadi prioritas dalam bisnis. Hal ini sesuai dengan konsep menjaga hubungan harmonis antara manusia dengan manusia. Dalam teori akuntansi keberlanjutan, ini berarti perusahaan harus mempertimbangkan dampak sosial dari operasinya, termasuk bagaimana bisnis tersebut memengaruhi karyawan, komunitas, dan pemangku kepentingan lainnya.

Baca juga:  Harapan Lepas Landas Ekonomi

Dengan memasukkan aspek sosial ini dalam laporan keberlanjutan, perusahaan dapat berkontribusi pada kesejahteraan sosial. Ini bisa termasuk menciptakan lapangan kerja yang layak, memberikan peluang yang setara bagi semua anggota masyarakat, dan mendukung program-program sosial atau pendidikan di komunitas sekitarnya. Bisnis yang berkontribusi pada kesejahteraan sosial akan lebih mungkin mendapatkan dukungan dan loyalitas dari pelanggan dan masyarakat secara keseluruhan.

Pendekatan kedua terkait menjaga hubungan harmonis antara manusia dengan lingkungan (alam) dalam kaitannya dengan akuntansi keberlanjutan berfokus pada pengukuran dampak lingkungan dari kegiatan bisnis, seperti emisi karbon, penggunaan sumber daya alam, dan manajemen limbah. Dengan mencatat dan melaporkan informasi ini, perusahaan dapat mengidentifikasi serta mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan Perusahaan terhadap lingkungan.

Baca juga:  Sepekan Berpameran di Pertemuan IMF-WB, Segini Keuntungan Pelaku UMKM Badung

Langkah-langkah yang bisa dilakukan Perusahaan untuk menjaga lingkungan seperti menggunkan bahan baku yang ramah lingkungan dan mengelola limbah dengan baik. Dengan cara ini, bisnis dapat memainkan peran dalam melindungi lingkungan alam yang semakin rentan.

Pendekatan ketiga yaitu menjaga hubungan harmonis antara manusia dengan atma (roh). Tri Hita Karana juga mencakup aspek spiritual dan keberlanjutan mental. Dalam konteks bisnis, ini mengacu pada pemikiran jangka panjang, nilai-nilai etika, dan pertumbuhan yang seimbang. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai ini dalam strategi bisnis mereka dan mencatatnya dalam laporan keberlanjutan, perusahaan dapat membangun reputasi yang lebih baik dan memenangkan kepercayaan pemangku kepentingan.

Namun, untuk berhasil mengintegrasikan keberlanjutan melalui konsep Tri Hita Karana dalam model bisnis, perusahaan perlu mengadopsi pendekatan holistik. Ini berarti bahwa keberlanjutan harus menjadi bagian integral dari budaya perusahaan dan keputusan strategis. Perusahaan harus menetapkan tujuan dan indikator kinerja yang terkait dengan keberlanjutan dan mengukur kemajuan mereka secara teratur.

Baca juga:  G20 Berikan Keuntungan Bagi UMKM

Selain itu, bisnis berkelanjutan juga dapat menciptakan peluang baru. Dengan meningkatnya permintaan konsumen untuk produk dan layanan yang ramah lingkungan, perusahaan yang dapat menghasilkan solusi yang memenuhi kebutuhan ini memiliki peluang untuk pertumbuhan dan keunggulan kompetitif.

Integrasi keberlanjutan dalam model bisnis bukanlah tugas yang mudah, tetapi dapat memberikan manfaat jangka panjang yang signifikan. Ini adalah langkah penting menuju dunia bisnis yang lebih bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan, yang tidak hanya mencari keuntungan, tetapi juga berkontribusi pada perbaikan dunia di sekitarnya.

Penulis, Mahasiswa Program Doktor Akuntansi FEB Universitas Udayana

BAGIKAN