Suasana di SMPN 2 Tabanan. (BP/bit)

TABANAN, BALIPOST.com – Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Tabanan akan kembali menggelar upacara pembersihan (prayascita) pada Sabtu (16/9) atau bertepatan dengan Tumpek Krulut. Hal ini dilakukan pascakembalinya sejumlah siswa mengalami kerauhan (kesurupan) pada Kamis (31/8).

Kepala SMPN 2 Tabanan, Gusti Ayu Nyoman Kamayani, S.Pd, M.Pd tak menampik jika sejumlah muridnya memang sempat mengalami kerauhan saat proses belajar mengajar, tepatnya saat Purnama. Karena hal itu, pembelajaran tatap muka juga sempat diubah menjadi pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Baca juga:  Diduga Karena Peristiwa Ini, Keretakan Tebing di Pura Luhur Uluwatu Makin Parah

Namun seiring berangsur pulihnya situasi, pembelajaran juga sudah kembali dilakukan secara tatap muka. “Anak-anak kami berikan bimbingan dari psikiater dan secara sekala niskala, Astungkara pembelajaran sudah berjalan seperti biasa, dan sudah mulai belajar di kelas,” ucapnya, Selasa (12/9).

Ayu juga mengatakan, belajar dari kejadian sebelumnya, ia bersama para guru juga mulai terbiasa menangani anak-anak saat mengalami hal serupa. “Banyak karena faktor psikologis dari rumah, jadi sampai di sekolah banyak yang ikut-ikutan. Terakhir ada 2-3 orang siswa karena beban pikiran, ada juga karena belum sarapan,” terangnya.

Baca juga:  Warga Desa Pecatu Gelar Prosesi Memohon Hujan, Puluhan Kerauhan

Terkait hal ini, pihaknya akan kembali menggelar upacara pembersihan karena sebagai umat Hindu, menurutnya, perlu ada keseimbangan sekala niskala. “Siapa tahu ada kekurangan yang menjadi pemicu, jadi dilakukan upacara, semoga tidak sampai terjadi lagi,” harapnya.

Sebelumnya, pihak sekolah telah berupaya mencegah kejadian ini terulang lagi. Salah satunya membantu meningkatkan imun siswa dengan berbagai kegiatan yang membuat hati senang. Dengan harapan, konsentrasi dalam belajar tidak terganggu mengingat kejadian sebelumnya.

Baca juga:  Sejumlah Siswa SMPN 5 Denpasar Kerauhan

Dari sisi niskala, pihak sekolah mewajibkan siswa yang baru datang ke sekolah kecuali yang sedang berhalangan (cuntaka), untuk mencakupkan tangan dan bersembahyang di padmasana sekolah setempat. Para siswa kemudian dipercikkan air tirta yang diperoleh dari Pura Dalem Desa Adat Kota Tabanan, mengingat lokasi sekolah masih merupakan wewidangan Pura Dalem. (Puspawati/balipost)

BAGIKAN