AA Sri Mahyuni. (BP/kmb)

DENPASAR, BALIPOST.com – Anak Agung Sri Mahyuni merintis usahanya sejak 2008. UMKM yang dirintisnya sejak 15 tahun ini adalah bisnis budidaya jamur.

Awalnya Mahyuni adalah seorang karyawan swasta. Ia  berhenti kerja karena sakit dan merasakan putus penghasilan.

Mahyuni mengungkapkan jika dirinya memutuskan terjun ke bisnis ini setelah ikut sebuah seminar. Ia pun berbisnis jamur tiram di kampung agar bisa setiap hari menengok orangtua. “Awalnya saya dan suami mengikuti seminar, setelah seminar saya mendapatkan sebuah peluang untuk usaha budidaya jamur tiram di kampung. Saya memilih usaha di kampung supaya bisa setiap hari menengok orangtua dan sambil mendapatkan uang,” ungkapnya.

Baca juga:  Mufidah Jusuf Kalla Kunjungi Denfest

Pada awal memulai, Mahyuni sempat mengalami kesulitan dalam memasarkan jamur. Diakuinya, di tahun 2008 media sosial tidak seperti saat ini jadi kesusahan memasarkan di media sosial.

Selain itu tempat untuk belajar melalui internet juga belum ada, kalau pun ada pasti itu berbayar. Lalu jamur juga masih awam bagi masyarakat saat tahun itu, sehingga masyarakat kurang paham dalam pengolahannya. Dalam proses perkembangan usahanya, awal panen dalam 1 hari bisa membuang jamur antara 50 sampai 60 kilogram.

Baca juga:  PPKM Darurat, Denpasar Instruksikan OPD Bantu UMKM dengan Cara Ini

Dari kesulitan yang dirasakan tersebut, akhirnya ia belajar mengolah jamur menjadi keripik, bakso dan lain-lain. Tetapi setelah bisa mengolahnya, ia memutuskan untuk sekolah kembali.

“Setelah bisa mengolah, saya tidak langsung memasarkan produk. Saya memilih untuk kuliah lagi mengambil S2 Jurusan Bisnis. Setalah tamat S2, saya mengambil S3 khusus meneliti tentang jamur. Jadi kalau di Bali bisa dibilang saya ini pakar/dokternya jamur,” paparnya.

Selain menjadi pengusaha, Mahyuni juga adalah seorang Dosen Teknologi Pangan, di Kampus Bali Dwipa. Selain menjadi dosen, ia juga pendamping UMKM di Universitas Udayana.

Baca juga:  Transformasi Digital bagi UMKM

Mahyuni menerangkan jika pendamping UMKM ini tugasnya mendampingi UMKM milik alumni Unud dan juga para dosen. Pendampingan ini dilakukan dari awal sampai akhir, mulai dari mengurus izin sampai proses memasarkan produk tersebut.

Selama menjadi pendamping UMKM, Mahyuni mengatakan hampir sebagian besar pengusaha UMKM tersebut itu adalah wanita. Ia mengajak para wanita untuk menjadi mandiri. “Saya mengajak wanita yang ada di seluruh Bali, Indonesia bahkan dunia untuk menjadi wanita yang mandiri secara finansial. Karena kebutuhan wanita itu banyak,” ucapnya. (Apsari/balipost)

BAGIKAN