Direktur Jenderal Planologi Kehutanan KLHK Hanif Faisol (kiri) didampingi Sekda Provinsi Bali, Dewa Made Indra. (BP/may)

DENPASAR, BALIPOST.com – Wilayah tutupan hutan di Bali cuma 20 persen. Ini, lebih rendah dari luas kawasan hutan dan tutupan hutan yang ditetapkan dengan rasio minimal 30 persen.

Namun, Direktur Jenderal Planologi Kehutanan KLHK Hanif Faisol, Selasa (8/8) mengatakan, meski tutupan hutan Bali hanya 20 persen, inisiatif yang dilakukan akan menjadi daya tarik tersendiri. “Kontribusi Bali sendiri sebenarnya tutupan hutannya engga terlalu besar sekitar 20 persen, namun inisiatif dari Bali akan menjadi daya tarik tersendiri untuk mempromosikan capaian FoLU (sektor hutan dan tata guna lahan) net sink,” ujarnya.

Disebutkannya, ada 5 sektor yang terdapat dalam upaya mencapai Nationally Determined Contribution (NDC), salah satunya Forest and Other Land Use (FoLU) atau sektor hutan dan tata guna lahan. Karena sektor kehutanan memiliki porsi terbesar di dalam target penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) yaitu 60%.

Baca juga:  Lagi-lagi Dikeluhkan! Tempat Penimbunan Sampah di Perbatasan Legian-Denpasar

Menurutnya, peran Bali akan semakin signifikan dalam menunjang FoLU dari sisi promosi. Dalam mencapai NDC itu, dari sektor mangrove, Bali dikatakan juga melakukan terobosan dengan memperluas lahan-lahan mangrove dengan tanaman swadaya mangrove di Bali.

Sehingga Bali menambah kontribusi terhadap capaian sektor hutan dan tata guna lahan yang utamanya ada di Sumatera dan Kalimantan. “Karena deforestasi di sana masih sangat besar,” imbuhnya.

Baca juga:  Abrasi di Kuta Makin Parah, Sarang Penyu Berkurang

Selain itu kebakaran hutan masih terus terjadi di sana, sehingga target utama FoLU net sink ada pada tiga pulau besar yaitu Sumatera, Kalimantan dan Papua. Dalam mencapai FoLU net sink telah dilakukan upaya mencegah kebakaran hutan dan lahan karena berkontribusi terhadap pencemaran CO2 cukup besar. “Ini yang kemudian dengan pengontrolan modifikasi cuaca kita bisa tangani. Kita berhasil menurunkan hotspot yang cukup signifikan melibatkan seluruh komponen,” ujarnya.

Dengan budaya yang ada di masyarakat, menurutnya masih diperlukan upaya kerja keras untuk mengurangi kahutla (kebakaran hutan dan lahan). “Namun kita sudah berhasil menurunkan deforestasi, dulu hampir 2 jutaan ha, kemudian kita turunkan di angka 400 ribuan ha. Hari ini sudah di angka 114 ribuan ha se-Indoensia, dan Bali saja terdata cuma 46 ha deforestasinya,” ujarnya.

Baca juga:  Bali akan Jadi Tuan Rumah "Net Zero Summit" Pertama

Deforestasi dikatakan mengalami penurunan cukup tajam, yaitu dari 2020 mencapai 115 ribu ha, dan saat ini sudah mencapai 114 ribu ha di seluruh Indonesia. Selain itu, pihaknya juga berupaya melakukan pencegahan penggunaan hutan primer yaitu di dalam kawasan dan di luar kawasan tidak boleh lagi dikeluarkan izin baru dan pengontrolan ketat dari perijinan juga diharapkan sudah meningkatkan kontribusi itu. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *