Marjono. (BP/Istimewa)

Oleh Marjono

Dalam Era Society 5.0 tidak ada lompatan teknologi tetapi sebagai tatanan masyarakat yang berpusat pada manusia dalam penggunaan “tenaga robot”. Pada
hakekatnya merupakan keselarasan dalam proses integrasi antara teknologi digital dengan realitas kehidupan sosial.

Teknologi dan industri, penerapan Industri 4.0 tak terlepas dari penggunaan teknologi robotisasi, mahadata, kecerdasan artifisial dan pelengkapnya seperti Cloud, Unix User, Block Chain, robot, bioengineering, Internet of Things, mobile net, bioteknologi dan dagang elektronik yang menggantikan peran manusia di berbagai bidang. Namun, dari tinjauan
sosiologis, hal tersebut justru dianggap sebagai ancaman pada eksistensi manusia.

Bahkan menurut International Labor Organization (ILO), tidak mustahil robot bakal menggantikan 56 persen tenaga kerja manusia di berbagai sektor. Lantas
bagaimana aspek kemanusiaan dan kebudayaan yang terdegradasi. Berangkat dari prediksi itu, diharapkan era Society 5.0 mampu mengembalikan citra dan peradaban manusia yang luhur mengiringi Revolusi Industri 4.0.

Gelombang teknologi dan industri tidak mungkin terhenti dalam satu momentum, tetapi diikuti gelombang berikutnya seperti penerapan Energy Renewable, Bio Economy, Nano Technology dan desain serta arsitektur yang ramah lingkungan. Maka sesungguhnya pemahaman Society 5.0 adalah refleksi Revolusi Kebudayaan.

Baca juga:  Satu Sudut Pandang tentang Impor Beras

Lewat Society 5.0, kecerdasan artifisial digunakan untuk
mentransformasi mahadata pada segala sendi kehidupan. Internet of Things diharapkan membentuk kearifan, yaitu persembahan nilai dan peluang yang bersifat humanistik.

Transformasi tersebut punya makna untuk “memanusiakan manusia”. Oleh karena itu, bagi Indonesia yang memiliki penduduk dalam jumlah besar tetapi dengan sebaran pengetahuan dan pendidikan
yang tidak merata, aka Society 5.0 adalah faktor komplemen keberhasilan Revolusi Industri 4.0.

Tidak cuma ketrampilan teknis, tetapi soft skill tenaga kerja adalah masalah strategis untuk melahirkan sustainable-development bangsa Indonesia dalam terpaan gelombang apapun. Society 5.0 sebagai komplemen Revolusi Industri 4.0, perlu diarahkan pada peran generasi Y (generasi milenial) untuk kemajuan bangsa Indonesia di masa mendatang.

Generasi Y adalah generasi yang begitu gandrung pada Revolusi Industri 4.0. Sebaliknya, cenderung abai terhadap masalah sosial. Generasi Y memiliki perilaku egaliter, tidak birokratis, kreatif dan inspiratif. Bahkan
pola kerja mereka dibangun dengan ketrampilan
interpersonal yang kuat, dan tidak suka birokrasi berkepanjangan.

Baca juga:  Bangkitkan Pengusaha Berbasis Teknologi

Selain itu dikhawatirkan juga melahirkan pribadi robotik atau generasi zombie yang egoistik, infantil, dan antisosial. Lantas bagaimana dengan Indonesia? Melalui penerapan Society 5.0 maka penggunaan mahadata, kecerdasan artifisial dan teknologi digital bisa diselaraskan untuk sebesar-besarnya kemaslahatan masyarakat.

Generasi Y yang kreatif, inovatif dan produktif, sejak dini perlu diperkaya dengan ketrampilan soft skill yang tertuang dalam kebijakan Society 5.0. Keberadaan pemuda di negara ini, tidak bisa disepelekan. Sejarah mencatat, bahwa peran pemuda dalam perjalanan bangsa Indonesia sangat banyak. Kaum muda selalu memainkan peran penting, dan revolusioner.

Punya tujuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Cita-cita itu, tidak sebatas wacana. Namun harus diwujudkan dalam karya masing-masing, dalam bentuk apa pun. Di sisi lain, pemuda juga mempunyai tugas dan tanggung jawab, mewariskan seluruh isi
rahim bangsa Indonesia ke generasi berikutnya.

Terkait sejarah Bangsa Indonesia, misalnya, agar kita tetap konsisten, mempertahankan empat konsensus dasar berbangsa dan bernegara, yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika. Bangsa butuh pemuda, kehadiran pemuda sangat dibutuhkan, mengingat banyaknya persoalan yang muncul di hadapan kita. Seperti ancaman disintegrasi bangsa.

Baca juga:  Ajak Milenial Traveling ke Bali, BNI dan Citilink Kerjasama "co-Branding"

Bangsa yang tetap satu kesatuan dalam bingkai NKRI. Bangsa yang taat pada ideologi Pancasila. Bangsa yang konsisten mewujudkan amanat UUD 1945 dan setia dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Untuk itu, perlu dikerjakan secara bergotong-royong.

Bersama-sama menjalankannya. Melalui ide, kreativitas dan karya pengabdian yang dapat bermanfaat bagi bangsa dan negara. Hanya dengan kebersamaan, bersatu padu, bangsa Indonesia tetap menjadi bangsa semakin maju sejahtera dan hebat.

Kepercayaan diri bisa dibangun dengan sering berinteraksi dengan banyak orang, dan sering berbicara di depan umum. Untuk itu, terlibatlah aktif di organisasi. Dengan kepercayaan diri akan membuat kalian berani menentukan cita-cita dan visi yang dimiliki.

Berikan prestasi-prestasi membanggakan untuk Indonesia. Di tangan kaum mudalah harapan Indonesia Emas 2045 dapat terwujud.

Penulis, Kasubag Materi Naskah Pimpinan Pemprov Jateng.

BAGIKAN