Marjono. (BP/Istimewa)

Oleh Marjono

Pesta Olahraga Asia Tenggara ke-32 Tahun 2023 digelar di Kamboja 5 Mei 2023 hingga 17 Mei 2023. Event ini menjadi area yang menyatukan berbagai masyarakat di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Di samping berhimpunnya para atlet dari aneka bangsa-bangsa di wilayah tersebut, gelaran olah raga besar ini juga merupakan ajang kegembiraan dalam silaturahmi dengan berkumpulnya berbagai bangsa Asia Tenggara dengan segala latar belakangnya.

Meskipun SEA Games 2023 hanya sasaran antara untuk menuju panggung olimpiade, namun event ini menjadi bagian upaya kita melakukan kaderisasi atau regenerasi atlet dari berbagai cabang olah raga. Karena, disadari betul bahwa keberlangsungan atlet dengan segenap capaian prestasinya itu hanya akan bisa diaktualisasikan melalui pembinaan atlet sejak dini atau sejak usia muda.

Berangkat dari beragam lomba/kompetisi dan upaya pembinaannya, atlet-atlet debutan baru atau tergolong belia nantinya kita harapkan juga akan semakin terdorong dan tergerak untuk terus melakukan adaptasi, memperbaiki diri, dan meralat catatan waktu maupun capaian lain pada berbagai ajang laga di masa depan. Pembinaan atlet yang berkelanjutan sejak jenjang usia awal maupun kewilayahan baik lokal, regional, nasional hingga internasional. Menjadi doa kita bersama, kontingen kita selalu naik kelas dalam catatan prestasi, termasuk pemecahan rekor baru.

Baca juga:  Libatkan 350 Petenis, Kejurnas Baveti Dibuka Menpora

Diakui atau tak diakui, harapan itu bisa saja menjadi semacam tekanan publik yang acap tak mau melihat berbagai pertimbangan yang menyertai. Publik inginnya model aji mumpung dan pokoknya, menang dan juara. Tak ada alasan lain. Titik! Kondisi publik yang terus memaksa ini menjadi mimpi bersayap, karena selain menjadi triger bagi atlet yang berkemampuan, pada ujung lainnya kerap menjadi blunder.

Acap kita menjumpai atlet atau club olah raga di negara kita dielu-elukan, dipuja-puja setinggi menara, tapi kala dia atau timnya keok, maka sumpah serapah dan caci maki berhamburan di bumi ini setinggi tanah. Maka kemudian, kita butuh energi publik yang semakin dewasa. Tak perlu jumawa ketika berada di atas angin dan sebaliknya. Sikap legawa dan berani meralat capaian atlet dan publik merupakan motivasi yang luar biasa bagi ke-Indonesia-an kita hari ini.

Siapa yang tak ingin pemenang dalam setiap laga olahraga, apalagi sudah bicara antar negara, meskipun dalam lingkup kawasan Asia Tenggara. Siapa juga yang tak bermimpi para atlet kita panen medali emas pada perhelatan olahraga akbar ini. Keduanya, sah-sah saja kita kejar dan perjuangkan berada di genggaman kita. Barangkali itu menjadi tugas mulia merawat ke-Indonesia-an kita.

Baca juga:  Tumpek Landep ”Idep-Adep-Idup”

Namun, nasionalisme atau ke-Indonesia-an bukan hanya soal tumpukan medali yang bisa dipersembahkan para atlet kita. Ke-Indonesia-an dibidang olah raga kita juga menyentuh soal fair play, menjunjung tinggi permainan sehat, gentleman tanpa kamuflase. Nihilnya kecurangan dan upaya licik lain yang hanya memuara pada pemenangan semu. Salah satunya tanpa menggunakan dopping atau suplemen di luar yang telah diatur oleh badan olah raga nasional maupun global.

Di luar itu semua, ke-Indonesia-an kita harus dibuktikan dengan menjaga nama besar dan nama baik kontingen Indonesia. Tak ada bullying, tidak ada pelecehan, penghinaan, pelemahan, nihil tansaksi nilai ataupun suap dan aksi subordinasi lain, misalnya klaim ataupun protes keras yang berlebihan bahkan kegaduhan yang berpotensi menimbulkan huru-hara yang hanya bakal menggerus nilai budaya bangsa yang adiluhung.

Praktik kusam ini hanya mempertontonkan rendahnya kualitas SDM kita, atau menunjukkan fanatisme sesat. Maka kemudian, pengendalian diri menjadi amunisi yang sangat berarti dalam relasi ini. Jadi, ke-Indonesia-an tak cukup hanya gemerlap medali ataupun banjir rekor, tapi lebih menyangkut sikap dan perilaku juga. Itulah kemudian pentingnya, hi product hi attitude bukan low achievement low attitude.

Baca juga:  SDM dan Indonesia Emas 2045

“Peacekeepers”

Memberikan supporting kepada para atlet untuk merawat motivasinya itu baik, akan lebih baik memasok mendukung tim kita dengan cara-cara yang mendidik. Bukan sekadar berteriak atau bersoak tapi berpotensi memicu konflik atau pembelahan, tapi mesti menghargai keragaman, kebhinekaan kita, juga semua elemen atlet dan publik dari berbagai negara peserta lainnya.

Selain sebagai ajang unjuk gigi bidang olahraga, gelaran ini menjadi harus mampu menjadi kontingen perdamaian di mata masyarakat Asia Tenggara bahkan dunia. Jadi yang berlaga disini adalah saudara-saudara kita semua. Maka, bagi siapapun yang berlaga harus menomorsatukan kerukunan, dan perdamaian.

Jangan sampai dikit-dikit ribut, ricuh dan gaduh apalagi menjadi huru-hara yang tak kita harapkan. Persaingan hanya sebatas di lapangan saja, diluar lapangan para atlet adalah kawan, bahkan sahabat dan saudara.Maka harus ditegaskan kembali, kontingen para atlet kita mesti dapat dipercaya untuk turut serta merepresentasikan misi perdamaian Indonesia maupun dunia melalui ragam cabang olah raga yang akan bersaing dalam SEA Games.

Penulis, Kasubag Materi Naskah Pimpinan Pemprov Jateng

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *