Dewa Gde Satrya. (BP/Istimewa)

Oleh Dewa Gde Satrya

Perhelatan ASEAN Summit di Labuan Bajo pada 9-11 Mei dengan tema “Asean Matters: the Epicentrum of Growth”, menjadi contoh pentingnya keberlanjutan dalam pembangunan pariwisata. Pembangunan destinasi dan citra destinasi tidak mungkin dilakukan dalam satu tahap. Peta jalan / roadmap Labuan Bajo berkesinambungan hingga saat ini.

Rekognisi dunia atas Komodo sebagai New 7 Wonders of Nature pada tahun 2012, menjadi modal penting bagi pemerintah daerah dan pusat untuk menata program pembangunan pada destinasi tersebut. Kepemimpinan Presiden Jokowi memiliki program lima destinasi super prioritas, salah satunya Labuan Bajo, menjadi bukti kesinambungan untuk menjaga dan memanfaatkan prestasi bergengsi tersebut. Kini, pemilihan venue ASEAN Summit di Labuan Bajo, merupakan kebijakan yang tepat dan strategis.

Pembangunan infrastruktur yang masif, berkualitas dan berstandar internasional menjadi konsekuensi penetapan Labuan Bajo sebagai lima destinasi super prioritas. Sarana pendukung mulai dari airport, transportasi, akomodasi hotel, tempat perbelanjaan dan sarana rekreasi, rumah sakit, keamanan dan kebersihan, sudah dilakukan untuk menyambut ASEAN Summit. Sekurangnya ada dua keuntungan yang diraih Labuan Bajo, pertama, publisitas di kancah dunia yang melekat dengan reportase jalannya acara. Di satu sisi, publik dunia menyaksikan perkembangan demi perkembangan dalam pembicaraan di konferensi, di sisi lain, pesona wisata Labuan Bajo juga ikut terekspos. Keuntungan kedua, konferensi ini memiliki multiply effect yang cukup besar dalam lingkaran pariwisata, mulai perhotelan, souvenir, hingga jasa persewaan mobil. Tercatat lebih dari seribu kamar di dua puluh hotel mewah dan resort di Labuan Bajo akan terisi oleh tamu VVIP dan kontingen ASEAN Summit.

Baca juga:  Fenomena “Aging Farmers” pada Pertanian

Prestasi ini tidak datang tiba-tiba. Maka melalui momen ini patut diingat kerja kolektif warga bangsa lebih dari sepuluh tahun yang lalu, bersama-sama mendukung Komodo, sebagai bagian dari Labuan Bajo, untuk memenangi kontestasi bergengsi New 7 Wonders of Nature. Sejarah mencatat, selama hampir dua bulan, warga bangsa dikerahkan untuk memberikan dukungan Vote Komodo menjadi salah satu dari tujuh keajaiban alam.

Saat itu, instansi pemerintah, swasta, badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, perguruan tinggi dan sekolah-sekolah diminta menyediakan perangkat lunak berupa satu unit komputer dan jaringan internet di instansinya. Perangkat lunak ini dimanfaatkan oleh pegawai, mahasiswa atau siswa/siswi di lingkup masing-masing untuk memberikan dukungan agar komodo menjadi salah satu keajaiban dunia.

Dukungan voter dari Indonesia untuk memenangkan Taman Nasional (TN) Komodo sebagai 7 keajaiban dunia baru bernuansa alam yang diumumkan pada Mei 2012, merupakan ingatan kolektif yang harus selalu dikenang sebagai tanda pentingnya persatuan dan ikatan batin sebagai sesama warga bangsa. TN Komodo berhasil memenangi persaingan secara bertahap, menyisihkan 440 kontestan dari 220 negara, menjad top 14 dari 28 finalis, dan masuk menjadi tujuh besar. Uniknya, pemilihan keajaiban dunia baru ini melibatkan umat manusia di muka bumi ini melalui internet dan voting pesan pendek.

Baca juga:  Pembaruan Awig-awig dalam Kebinekaan

Situs penyelenggara, New7Wonders Foundation yang berbasis di Swiss, www.new7wonders.com, menjadi situs penting yang waktu itu dikunjungi bangsa Indonesia. Di sana, diharuskan menjadi member terlebih dahulu untuk mendapatkan password yang diperlukan untuk melakukan pilihan kepada 7 kontestan.

Tidak hanya 1 pilihan, yang dipilih. Setting program situs tersebut mengatur pilihan users sebanyak 7 kandidat. Panitia menargetkan sekitar 1 miliar warga bumi dari 220 negara memberikan suaranya dalam seleksi 7 keajaiban dunia baru bernuansa alam.

Hermawan Kartajaya menyebutkan, di era new wave ini paling tidak ada tiga driving forces utama, yaitu: digitalization, globalization, dan futurization. Digitalization ada di aspek teknologi yang membuat individu menjadi powerfull asal terhubung dengan internet. Saat itu, melalui robot search engine google.com/trends, dapat diketahui bahwa kata kunci atau keywords komodo memiliki popularitas tertinggi dalam pencarian di internet oleh warga Indonesia sendiri, diikuti secara berurutan Singapura, Selandia Baru, Australia, Kanada, Polandia, Amerika Serikat, Rusia, Portugal, dan Inggris. Di google sendiri, diketahui bahwa kata kunci komodo saat itu berisi 3.620.000 pencarian.

Baca juga:  Pelaku Wisatanya Mogok, Wisatawan Diminta Tak Khawatir Berkunjung ke Labuan Bajo

Menurut sejarah, Belanda telah menamai pulau di sisi selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur itu dengan sebutan Pulau Komodo sejak 1910. Kemudian pemerintah Indonesia menjadikannya sebagai taman nasional pertama di Indonesia pada tahun 1980.

Komodo termasuk anggota famili biawak varanidae dan taxicofera (jenis kadal beracun) serta merupakan kadal terbesar di dunia dengan rata-rata panjang 2-3 meter. Di TN Komodo tidak hanya terdapat kawanan satwa liar komodo, tetapi juga rusa, babi, hutan, kuda liar, kerbau liar, dan sekitar 300 spesies burung bersanding dengan ragam tumbuhan khas yang ada di Kepulauan Nusa Tenggara.

Kini, perhelatan ASEAN Summit di Labuan Bajo, seakan menyadarkan kembali akan persatuan dan kesatuan puluhan juta anak bangsa yang pernah dilakukan dalam memajukan negeri ini, terutama pada momentum Vote Komodo. Dengan terpilihnya TN Komodo sebagai 7 keajaiban dunia baru bernuansa alam, melengkapi predikat internasional yang diberikan sebelumnya sebagai warisan dunia dari Indonesia, dan diharapkan memberikan manfaat bagi kesejahteraan bangsa. Keberlanjutan pembangunan pariwisata merupakan elemen penting yang harus dijamin oleh negara, terutama pada masa transisi dan regenerasi kepemimpinan nasional.

Penulis Dosen Hotel & Tourism Business, School of Tourism, Universitas Ciputra Surabaya

BAGIKAN