Kondisi lantai pedestrian mengalami kerusakan. (BP/Ist)

BANGLI, BALIPOST.com – Baru tuntas dikerjakan akhir 2022 lalu, pedestrian (jalur pejalan kaki) di Penelokan, Kintamani sudah mengalami kerusakan. Lantai pedestrian banyak yang retak bahkan pecah.

Kondisi seperti itu terlihat banyak terjadi pada pedestrian yang menjadi akses masuk tempat usaha restoran dan coffee shop. Bahkan di beberapa titik, terlihat beberapa lantainya banyak yang sudah copot.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan dan Kawasan Permukiman Kabupaten Bangli Dewa Widnyana Maya dikonfirmasi, Rabu (22/2) tak menampik hal itu. Menurutnya kerusakan lantai pedestrian berbahan granit itu disebabkan karena banyak dilindas roda kendaraan, saat proyek baru selesai dikerjakan. “Di awal tahun tamu (wisatawan) kan banyak. Jadi (lantai pedestrian) belum begitu kering, sudah dilindas, ya hancur,” katanya.

Baca juga:  Ekonomi Bali Diprediksi Pulih Tahun Depan, Ini Sejumlah Alasannya

Terkait kerusakan yang terjadi, Dewa Maya memastikan akan segera diperbaiki. Saat ini proyek pedestrian tersebut masih dalam masa pemeliharaan selama enam bulan. Dia mengungkapkan pihak kontraktor yang mengerjakan proyek tersebut sudah bersurat ke Dinas PU dan menyampaikan akan segera memperbaikinya. “Rasanya sekarang sudah mulai perbaikan itu,” ujarnya.

Sementara itu disinggung terkait rencana kelanjutan penataan pedestrian di Penelokan tahun ini, Dewa Maya mengatakan saat ini masih proses review perencanaan. Pada tahun ini penataan menyasar pedestrian di barat jalan. Direncanakan material yang digunakan untuk pedestrian di barat jalan tidak sama dengan yang ada di timur jalan saat ini. “Di sisi barat sepertinya kita akan ada perubahan material. Kita sesuaikan. Kita akan pakai berbasis beton di sana,” terangnya.

Baca juga:  Dari Kawasan Sanggulan Terendam hingga Sejumlah Pelinggih di Pura Bukit Indrakila Rusak Parah

Selain melakukan penataan pedestrian, pihaknya juga mengaku sedang merancang saluran pembuangan air di jalur itu. Sehingga nantinya ketika hujan deras, jalan di jalur itu tidak lagi jadi saluran air. (Dayu Swasrina/Balipost)

BAGIKAN