Prof. Dr. Drs. I Made Surada, MA.(BP/Ist)

DENPASAR, BALIPOST.com – Penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali V Tahun 2023 telah berlangsung selama 3 pekan. Berbagai kegiatan, seperti utsawa (festival), wimbakara (lomba), krialoka (workshop), reka aksara (pemeran), widyatula (seminar), dan konservasi lontar telah dilakukan dari tingkat provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, desa adat, hingga sekolah-sekolah. Penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali ini merupakan kebijakan Gubernur Bali, Wayan Koster guna untuk memberi perlindungan, pengembangan, dan memuliakan bahasa, aksara, dan sastra Bali.

Pelaksanaannya dituangkan dalam Peraturan Gubernur (Pergub) Bali Nomor 80 Tahun 2018 tentang Pelindungan dan Penggunaan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali serta Penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali. Akademisi Universitas Mahendradatta, Ida Bagus Anggapurana Pidada, S.H.,M.H., mengatakan bahwa pelaksanaan Bulan Bahasa Bali merupakan salah satu bentuk implementasi nyata dari Jana Kerthi. Dimana, Bulan Bahasa Bali merupakan bentuk implementasi dari Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2020 tentang Penguatan dan Pemajuan Kebudayaan Bali, serta Pergub Bali Nomor 80 Tahun 2018 tentang Perlindungan dan Penggunaan Bahasa, Aksara dan Sastra Bali. Penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali V tahun 2023 mengambil tema “Segara Kerthi: Campuhan Urip Sarwa Prani” yang dimaknai sebagai altar pemuliaan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali untuk memaknai laut sebagai awal dan akhir kehidupan segenap makhluk.

“Bulan Bahasa Bali yang secara rutin diselenggarakan jatuh pada bulan Pebruari setiap tahun ini menjadi bentuk komitmen nyata Gubernur Bali, Wayan Koster dalam melestarikan dan mengembangkan bahasa, aksara, dan sastra Bali. Kebijakan ini telah mendapatkan sambutan positif dari masyarakat Bali yang merayakannya dengan penuh suka cita,” ujar Ida Bagus Anggapurana Pidada, Selasa (21/2).

Baca juga:  Inflasi Tak Selalu Merugikan, Salah Satunya untuk Petani

Dikatakan, Jana Kerthi merupakan salah satu bagian dari “Sat Kerthi Loka Bali” yang menjadi arah kebijakan dan program Pemerintah Provinsi Bali dengan Visi “Nangun Sat Kerthi Loka Bali”. Jana Kerti adalah tegaknya kesucian atau keseimbangan dalam diri sendiri, bertujuan untuk dapat menguatkan vibrasi energi positif pada diri kita sebagai manusia. Dimana, Jana Kerthi dapat dilakukan dengan pengembangan spiritual, intelektual dan juga memperkuat nilai-nilai kebudayaan Bali sebagai wujud dari bhakti kepada leluhur masyarakat Bali. Melihat betapa pentingnya Jana Kerthi ini, maka sudah menjadi kewajiban dari setiap komponen masyarakat, seperti pemerintah daerah, desa adat, sekehe teruna-teruni, akademisi, pengusaha serta masyarakat umum untuk ikut berperan aktif dalam menjaga keharmonisannya.

Sejumlah kegiatan serangkaian Bulan Bahasa Bali diselenggarakan dalam berbagai bentuk. Diantaranya, widyatula (seminar), kriya loka (lokakarya), prasarana (pameran), wimbakara (lomba) seperti lomba mesatua Bali, cerdas cerman, nyurat lontar dan lain sebgainya ,dan utsawa (festival), serta sesolahan (pergelaran). Selain itu diserahkan pula penghargaan bagi tokoh berdedikasi di bidang pelindungan, pelestarian, dan pengembangan bahasa, aksara, dan sastra Bali. Diakui, bahwa rangkaian kegiatan ini tentunya memberikan pengaruh besar bagi pelestarian Bahasa Bali khususnya bagi generasi muda (yowana) di Bali. Dalam pelaksanaannya, Bulan Bahasa Bali tidak hanya mengharmoniskan Jana Kerthi, namun juga seluruh keharmonisan alam Bali.

Baca juga:  Perbekel Plaga Dituntut 2 Bulan Penjara

Adapun hal ini karena begitu banyak nilai-nilai “Nangun Sat Kerthi Loka Bali” yang dimasukan dalam pelaksanaan Bulan Bahasa Bali. Misalnya, nilai-nilai pelestarian laut (segara), danau (danu), hutan/lingkungan (wana) dan lain sebagainya yang digunakan sebagai materi dalam Bulan Bahasa Bali. Diakui, dalam pelaksanaannya pada Bulan Bahasa Bali tahun 2023 telah mengalami kemajuan yang cukup signifikan jika dilihat dari antusiasme masyarakat desa. Hal ini membuktikan bahwa program ini telah berhasil memberikan pengaruh pada keharmonisan Jana Kerthi di Bali.

Meskipun demikian, kita tidak bisa berpuas diri, karena tentunya masih tetap membutuhkan dukungan masyarakat untuk lebih memaksimalkannya lagi. Apalagi, di era globalisasi dan kemajuan teknologi ini, Bali sebagai daerah tujuan wisata budaya banyak wisatawan asing ataupun lokal yang datang menikmati keindahan Bali. Kondisi ini sedikit tidaknya akan mempengaruhi budaya Bali, baik negatif maupun positifnya. Sehingga, pelestarian Bahasa Bali kian hari kian mendapatkan tantangan. Maka dari itu, membutuhkan kerjasama berkelanjutan dari setiap komponen dalam menjaga keharmonisan Jana Kerthi di Bali.

Pemerintah daerah sebagai pemegang kebijakan diharapkan dapat terus memfasilitasi kerjasama dari penyuluh Bahasa Bali, yowana di desa, pelajar/mahasiswa, akademisi-akademisi muda dalam pelaksanaan Bulan Bahasa Bali agar semakin membumi di masyarakat. Sehingga, Bahasa Bali di masa akan datang akan menjadi kekayaan budaya dunia yang dapat memberikan daya tarik bagi pariwisata dan ekonomi Bali.

Baca juga:  Persiapan Penyelenggaraan PON XX Papua Mencapai 95 Persen

Guru Besar UHN I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar, Prof. Dr. Drs. I Made Surada, MA., mengakui bahwa penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali dengan berbagai kegiatannya telah berjalan sukses dan mengalami peningkatan. Seperti halnya peningkatan kualitas pada lomba nyurat aksara Bali. Begitu juga pada lomba ngwacen lontar. Generasi muda begitu pasih dalam membaca lontar. Meski lontar yang dibaca baru dibagikan, menjelang mendapat giliran lomba. “Saya tak merasa khawatir dengan kemampuan anak-anak muda dalam membaca lontar. Artinya, banyak anak-anak yang berminat, dan tahu cara ngwacen lontar,” ujar Prof. Surada yang merupakan salah satu Dewan Juri Ngwacen Lontar Bulan Bahasa Bali V Tahun 2023 ini,

Prof. Surada mengatakan bahwa sekarang aksara Bali sudah masuk ke ranah IT dengan laptop, keyboard dan sebagainya. Sehingga ini sangat membantu untuk memberikan dasar untuk belajar aksara Bali. Apalagu, para peserta tergolong generasi muda, namun sudah bisa membaca lontar dengan ceoat. Ini menandakan bahwa ada satu peningkatan kecintaan generasi muda terhadap bahasa, sastra, dan akasara Bali. Peningkatan ini terjadi karena komitmen Gubernur Bali, Wayan Koster secara konsisten dalam melestarikan, mengembangkan, dan memuliakan bahasa, aksara, dan sastra Bali melalui program Bulan Bahasa Bali setiap tahunnya. (Kmb/Balipost)

BAGIKAN