Founder and CEO Blah, Niels Vorphal (kanan) bersama GM Golden Tulip Jineng Resort, Gindo Sianturi. (BP/may)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Pemesanan akomodasi melalui online selama ini hanya menampilkan harga dan tanggal menginap. Padahal, kebutuhan wisatawan, terutama selama pandemi COVID-19 ini, mengalami perubahan signifikan.

Wisatawan masa kini, menurut Founder & CEO Blah, Niels Vorphal, Jumat (17/2), tidak lagi hanya mencari harga kamar tapi juga kebutuhan lain selama berwisata. Misalnya room upgrade, late check out, early check in, diskon untuk fasilitas penunjang, atau akses ke area premium, dan lainnya.

Wisatawan disebutnya perlu informasi lain ketika melakukan online booking kamar, sehingga mereka bisa langsung memilih fasilitas tambahan yang mereka butuhkan. Namun, dalam satu dekade terakhir, industri pemesanan didominasi oleh beberapa perusahaan besar yang minim inovasi terkait pemahaman kebutuhan lain dari tamu selain harga yang murah.

Baca juga:  Gali Potensi PAD, Badung Cari Celah Pajaki OTA

“Selama ini, platform hanya menampilkan hotel dengan harga saja dan para traveler hanya memesan hotel semata-mata karena harga. Hotel juga telah kehilangan sebagian besar pendapatan mereka, tak punya kesempatan mengendalikan harga sendiri, ,dan inventaris mereka,” ujar Niels ditemui di Golden Tulip Jineng Resort, Kuta.

Menurutnya setiap penawaran mesti dibuat secara individual dan unik oleh hotel agar wisatawan mendapatkan penawaran terbaik untuk masa tinggal mereka. “Dan kebiasaan orang zaman dulu yang memesan hotel hanya berdasarkan harga saja sudah harus ditinggalkan. Karena saat ini para konsumen bisa memilih hotel berdasarkan nilai tambah dan memilih hotel yang bisa membuat para konsumen lebih bisa mengontrol segalanya,” ujar pria yang sudah puluhan tahun berkecimpung dalam dunia pariwisata ini.

Baca juga:  Bupati Gede Dana Buka Forum Konsultasi Publik RPJP 20 Tahun

Terkait pemesanan kamar secara online, General Manager Golden Tulip Jineng Resort, Gindo Sianturi, mengatakan persentase tamu melakukan itu antara 48-50 persen. Ia merinci, 30 persen dilakukan tamu asing dan 70 persennya wisatawan domestik.

Untuk meningkatkan penjualan, ia mengakui menggunakan berbagai platform online booking. Sebab, sejak tahun 2000-an, pemesanan kamar secara online mulai diminati. “OTA, online travel agent memang tidak menyebutkan atau menginformasikan fasilitas kamar yang ditawarkan misalnya dengan breakfast, atau informasi terkait additional service seperti spa, dinner, tour, tidak ada,” ujarnya.

Baca juga:  Wajib Libatkan Desa Adat Dalam Pengelolaan Pariwisata

Ia pun mengakui ke depannya kebutuhan wisatawan akan terus berkembang. Bahkan saat ini sudah mulai ada pertanyaan dari wisatawan secara online terkait informasi aktivitas selama wisata, misalnya tempat wisata, transportasi, dan lain-lain. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN