Tangkapan layar Hermawan Kartajaya berbicara dalam MarkPlusGovernment Roundtable episode keenam via aplikasi Zoom dengan tema UKM Bali Pasca Covid-19, Kamis (1/7). (BP/kmb)

DENPASAR, BALIPOST.com – Sektor riil terutama segmen UMKM yang paling kena dampak dari Pandemi COVID-19 ini. Untuk itu gerakan membangkitkan UMKM Bali harus segera dilaksanakan karena sebagian besar yaitu 62 juta pelaku usaha di Indonesia merupakan UMKM. Demikian terungkap dalam webinar yang digelar MarkPlusGovernment Roundtable episode keenam via aplikasi Zoom dengan tema UKM Bali Pasca COVID-19.

MarkPlus, Inc. kembali menggelar webinar MarkPlusGovernment Roundtable episode keenamvia aplikasi Zoomdengan tema UKM Bali Pasca COVID-19. Webinar diawali dengan pemaparan hasil survei cepat yang dilakukan pada 78 responden selama satu minggu terakhir dengan 64 persen berada di wilayah Bali.

Survei dilakukan untuk mengetahui peran UKM di mata masyarakat, prediksi sektor UKM yang bisa memberikan kontribusi ekonomi, dan program UKM yang dibutuhkan oleh masyarakat Bali. Menurut temuan survei MarkPlus, Inc., di tengah anjloknya pariwisata, sektor UKM diyakini bisa menjadi penggerak ekonomi Bali.

Sebanyak 57,7 persen responden sangat setuju UKM Bali memiliki peran penting untuk meningkatkan pergerakan perekonomian.“41 persen responden yakin dan 33,3 persen lainnya sangat yakin UKM bisa menjadi roda penggerak ekonomi Bali selain pariwisata,” ujar Business Analyst MarkPlus, Inc. Ida Ayu Saras Valendia dalam MarkPlus Government Roundtable, Kamis (2/7) via daring.

Baca juga:  Pada 2019, Segini Tren Prevalensi Penyalahgunaan Narkotika di Indonesia

Pertumbuhan UKM perlu lebih ditingkatkan agar ekonomi Bali tidak hanya bergantung pada sektor pariwisata. 39,7 persen responden menilai sektor UKM Bali yang mampu memberikan kontribusi besar adalah kuliner sebagai penyedia makanan dan minuman serta penyedia akomodasi. Diikuti oleh sektor pertanian sebesar 21,8 persen dan manufacturing sebesar 15,4 persen.

Peran pemerintah dalam mendukung UKM daerah agar semakin berkembang juga menjadi faktor yang krusial.Pemerintah Bali dinilai sudah cukup aktif melakukan komunikasi terkait program UKM di mana  60,3 persen saluran informasi menggunakan website Dinas Koperasi dan UKM. Program UKM yang paling sering didengar oleh responden adalah pendampingan sebesar 41 persen dan program relaksasi serta restrukturasi kredit sebesar 23,1 persen. Namun masyarakat menilai pemerintah Bali perlu peralihan fokus program yang digalakan.

“70,5 persen responden berharap agar pemerintah Bali lebih fokus kepada program pelatihan UKM digital. 65,4 persen membutuhkan program peningkatan usaha melalui kemitraan dengan berbagai pelaku ekonomi untuk memperkuat UKM Bali pasca COVID-19,” papar Saras.

Baca juga:  4 Tahun Reformasi Total Koperasi

Masyarakat menilai program pemerintah untuk membantu UKM Bali selama COVID-19 masih membutuhkan banyak perbaikan dengan penilaian 66,7 persen agak efektif dan 24,4 persen agak tidak efektif. Agar mampu bangkit di masa pandemi, perlu adanya keselarasan antara program yang dicanangkan pemerintah dengan kebutuhan para pelaku UKM.

Solusi Progresif

Sementara itu, Bupati Bangli I Made Gianyar berharap ada solusi progresif yang harus dilakukan. “Renaissance ekonomi, bangkit kembali harus dilakukan,” ujarnya.

Menurutnya dalam kondisi diam, tidak melakukan apa – apa membuat tidak produktif sehingga ekonomi turun. “Cukup 3 bulan kita terlena, saatnya harus bangkit. Kita tidak boleh mengkontradiksi antara ekonomi dan kesehatan. Kedusnya harus sama -sama bergerak,” ujarnya.

Ia melihat saat ini posisi Indonesia khususnya bali masih ragu-ragu antara diam di rumah atau tetap beraktivitas. Maka dari itu perlu ketegasan menghadapi pandemi ini. “Kita harus tegas dan cepat melangkah, diam dan ragu-ragu sama dengan konyol. Karena semua tindakan yang akan diambil ada risiko tapi diam risikonya lebih tinggi. Bergerak bekerja ada risiko tapi ada peluang yang bisa kita raih,” tegasnya.

Baca juga:  Mahasiswa akan Gelar Demo di Renon, Aparat Gabungan Diminta Tak Terpancing

Tidak bisa dipungkiri krisis tahun 98, segmen usaha yang mampu bertahan dan muncul adalah UMKM. Namun sekarang di era Covid-19, pukulan keras justru menghantsm sektor riil dengan segmen UMKM.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Bali Trisno Nugroho mengatakan, usaha di Bali, 90 persen merupakan UMKM. Sementara lokomotif UMKM adalah pariwisata karena kontribusinya terhadap ekonomi sebesar 53 persen. “Ketika berhenti, maka rangkaian di belakangnya berhenti,” imbuhnya.

Ada beberapa kesulitan yang dialami UMKM selama pandemi yaitu kesulitan penjualan 60an persen, permodalan 12 persen. Bahkan UMKM binaan BI mengalami penurunan penjualan sebesar 85 persen.

Menurutnya, UMKM di Bali mampu bertahan si tengah pandemi karena telah melek teknologi dan memanfaatkan teknologi untuk bertahan. Selain digitalisasi, kreativitas dan inovasi juga dilakukan. Meski laporan triwulan II, laporan sektor usaha pertanian menunjukkan kinerja yang masih bertahan karena tumbuh 0,06 persen, triwulan III sektor pertanian bisa menjadi penahan pertumbuhan ekonomi agar tidak merosot lebih dalam. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *