DENPASAR, BALIPOST.com – Pada Rabu (14/12) siang, gempa kembali mengguncang wilayah Karangasem. Dua gempa yang berselang semenit itu dirasakan hingga Lombok Utara.

Dari rilis BMKG, gempa terjadi pukul 15.39.29 WITA dan 15.40.18 WITA. Jenis gempa adalah tektonik.

Hasil analisa BMKG menunjukkan bahwa gempabumi ini memiliki parameter gempabumi pertama M=4,4 dan gempabumi kedua M=4,5. Episenter gempabumi pertama terletak pada koordinat 8,22° LS; 115,57° BT atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 15 km timur laut Karangasem, Bali pada kedalaman 10 km, dan Episenter gempabumi kedua terletak pada koordinat 8,24° LS; 115,58° BT atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 13 km timur laut Karangasem, Bali pada kedalaman 10 km.

Baca juga:  Pencurian Bermodus Belanja oleh WNA Kembali Terjadi, Kali Ini di Buleleng

“Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempabumi yang terjadi merupakan jenis gempabumi dangkal akibat aktivitas sesar naik Flores (Flores Back Arc Thrust),” kata Kepala Balai Besar MKG Wilayah III Denpasar, Cahyo Nugroho, SE, S.Si.

Ia mengatakan dampak gempabumi berdasarkan laporan masyarakat berupa guncangan dirasakan di wilayah Karangasem III MMI, Mataram dan Lombok Barat II-III MMI, Denpasar, Gianyar, Kuta, Klungkung, Tejakula, dan Lombok Utara II MMI. “Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempabumi tersebut. Hasil pemodelan tsunami dengan sumber gempabumi tektonik menunjukkan bahwa gempabumi ini tidak berpotensi tsunami,” ujarnya.

Baca juga:  Dari Kios dan Los di Besakih Tutup hingga Koster Tindak Tegas Wisman Nakal

Gempabumi ini merupakan susulan dari Gempabumi utama dengan magnitudo M=5,2. Hingga pukul 16.00 WITA, hasil monitoring BMKG menunjukkan adanya 64 aktivitas gempabumi susulan dengan magnitude terbesar M=4,6. “Masyarakat dihimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Agar menghindari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa. Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum kembali ke dalam rumah,” katanya. (kmb/balipost)

Baca juga:  Kasus DBD Meningkat, Puluhan Pasien Dirawat di RSU Bangli
BAGIKAN